Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Harganya Tembus Rp 40 Juta per Kg, Tertarik Berbisnis Sarang Walet?

18 Januari 2021   13:22 Diperbarui: 19 Januari 2021   17:59 2432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung walet dan sarangnya | Gambar: AFP

Ada yang belum familiar dengan sarang burung walet? Saya yakin, sebagian dari para pembaca sudah mengenalnya. Meski mungkin belum melihat langsung wujud sarangnya seperti apa, tetapi sekurangnya pernah melihat burungnya terbang di udara.

Saya juga yakin bahwa para pembaca tahu sederet manfaat besar dari sarang walet, sehingga di berbagai media, informasi tentang harganya yang terbilang mahal sering diberitakan.

Ya, sarang walet (air liur walet) memang kaya manfaat, karena di dalamnya mengandung sejumlah nutrisi yang berguna bagi kesehatan. Itulah sebabnya potensi bisnis sarang walet ini dirasa akan terus eksis di segala zaman.

Burung walet dan sarangnya | Gambar: AFP
Burung walet dan sarangnya | Gambar: AFP
Sarang walet diakui mampu menurunkan risiko serangan jantung dan diabetes, memperlancar metabolisme tubuh, menangkal radikal bebas, serta mencegah berbagai macam penyakit. Pokoknya masih banyak lagi manfaatnya.

Di dalam sarang walet terdapat mangan, tembaga, seng, kalsium, asam amino, glikoprotein, simvastatin, karbohidrat, lemak, dan seterusnya. Sila cari kegunaan sekian unsur-unsur ini di berbagai sumber.

Pemanfaatan sarang walet pun bisa secara langsung, yaitu dijadikan sup, atau oleh pabrik dibuat menjadi produk lain. Mulai dari bentuk minuman, obat-obatan, hingga krim kosmetik.

Olahan sup sarang walet | Gambar: Shutterstock
Olahan sup sarang walet | Gambar: Shutterstock
Olahan sarang walet dalam bentuk jelly | Gambar: Sindonews
Olahan sarang walet dalam bentuk jelly | Gambar: Sindonews
Entah sudah semutakhir apa pengolahannya di tanah air, yang pasti kebanyakan sarang walet hasil budidaya para petani selama ini telah menguasai pasar global.

Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian, jumlah ekspor sarang walet Indonesia pada 2020 mencapai 1.155 ton, dengan nilai sebesar Rp 28,9 triliun. Angka ini meningkat 2,13 persen dibanding 2019, di mana jumlahnya 1.131,2 ton senilai Rp 28,3 triliun. Artinya, nilainya naik Rp 600 miliar.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, komoditas ekspor "emas putih" tersebut terbukti mampu bertahan di masa pandemi Covid-19, sehingga konsisten menyumbang devisa bagi negara dan menyejahterakan para petani.

"Ini adalah anugerah dari Tuhan untuk kita. Tanpa perawatan khusus, walet memberikan sumbangan devisa negara dan pendapatan bagi petani," kata Syahrul, Minggu (17/1/2021).

Syahrul menambahkan, selama ini setidaknya ada 23 negara tujuan ekspor sarang walet Indonesia. Dan kepada masing-masing eksportir diberi pendampingan, dengan maksud agar sarang walet yang dijual memenuhi syarat.

Negara-negara yang dimaksud, antara lain China, Australia, Amerika Serikat, Kanada, Hongkong, Singapura, Afrika Selatan, dan sebagainya. Namun, di antara semuanya, importir terbanyak adalah China.

Di samping mengimpor dalam jumlah banyak, China juga membayar harga sarang walet lebih mahal dibanding negara lainnya. Yaitu berkisar Rp 25 juta sampai dengan Rp 40 juta per kilogram.

Sarang walet dalam kemasan siap eskpor | Gambar: Antara
Sarang walet dalam kemasan siap eskpor | Gambar: Antara
Mengingat kayanya manfaat dan tingginya harga sarang walet, tentu pertanyaannya adalah, seberapa rumit dan mahal berbisnis sarang walet? Jawabannya, persis dengan yang disampaikan Syahrul, bahwa sebenarnya tidaklah serumit dan semahal yang dibayangkan.

Jujur, saya belum punya bisnis sarang walet, barangkali kelak akan melakukan hal itu. Namun, saya sedikit tahu bagaimana para petani memulai dan menggelutinya di lapangan.

Di kampung halaman istri saya, tepatnya di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, ada banyak warga yang berbisnis sarang walet. Dan mereka cukup berhasil melakukannya.

Di antara warga tersebut, sebagian mereka adalah anggota keluarga besar kami. Maka setiap kali berkunjung ke rumah mereka, saya kerap bertanya perihal proses dan perkembangan bisnis mereka.

Singkatnya, berbisnis sarang walet terbilang mudah. Yang perlu dipastikan terlebih dahulu yakni bahwa di lokasi memang ada burung walet. Jadi, jangan membangun bisnis sarangnya, sementara burungnya tidak ada.

Bahwa sarang walet sesungguhnya bisa didapatkan di gua-gua, cuma jumlah dan kualitasnya belum tentu sesuai harapan. Sarang walet harus dihadirkan "paksa". Itu intinya.

Lalu apa yang dibutuhkan? Kebutuhannya hanyalah "rumah" atau bangunan bagi walet untuk membuat sarang. Kemudian beberapa peralatan lain juga wajib disediakan. Kalau sudah ada bangunannya, maka perlu "peralatan khusus" agar walet "tertarik" dan nyaman bersarang.

Rumah walet bermaterial kayu | Gambar: Burungnya.com
Rumah walet bermaterial kayu | Gambar: Burungnya.com
Rumah walet bermaterial seng | Gambar: Anakdagang.com
Rumah walet bermaterial seng | Gambar: Anakdagang.com
Rumah walet bermaterial beton | Gambar: DDTCNews
Rumah walet bermaterial beton | Gambar: DDTCNews
Seandainya tidak punya lahan, bangunannya tidak harus dibuat di lokasi baru, melainkan bisa disambungkan di atas rumah pribadi. Kemudian peralatan yang dimaksud tadi yakni mesin ampli, rekaman bunyi walet, pengeras suara, parfum perangsang penciuman walet, dan lain-lain.

Kalau dihitung-hitung, pembisnis pemula cukup mengeluarkan biaya sekitar Rp 20 juta sampai dengan Rp 30 juta. Ini hitungannya tidak ada biaya pembelian lahan.

Selebihnya, sila cari sendiri paket proses lengkap berbisnis sarang walet. Di sini saya tidak menguraikannya panjang lebar. Mudah-mudahan tulisan ini dapat menggugah minat para pembaca untuk memulainya. Bagaimana, tertarik berbisnis sarang walet? ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun