Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menanti Hadirnya Parasut Pesawat untuk Mencegah Jatuhnya Korban Jiwa dalam Kecelakaan Penerbangan

11 Januari 2021   05:13 Diperbarui: 13 Januari 2021   11:15 17695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi parasut pesawat | Gambar: dailymail.co.uk via Tribunnews

Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dengan rute penerbangan Jakarta-Pontianak di Perairan Kepulauan Seribu yang menewaskan sebanyak 62 orang penumpang pada Sabtu, 9 Januari lalu, kiranya telah menambah jumlah kecelakaan pesawat terbang, baik di Indonesia maupun di dunia.

Entah sudah ke berapa kalinya di Indonesia dan juga dunia, yang jelas, alasan terjadinya musibah kemarin itu masih teka-teki. Penyebabnya sedang diselidiki, apakah faktor kelalaian manusia, gangguan teknis, atau tekanan alam.

Apa pun hasil penyelidikannya, yang paling diharapkan adalah kejadian serupa tidak terulang kembali. Semoga korban jiwa mendapat kedamaian di sisi Tuhan, serta keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan.

Mudah-mudahan musibah murni disebabkan oleh alam, di mana sulit dikendalikan. Namun bilamana penyebabnya yaitu kelalaian manusia atau pun kesalahan teknis, maka sudah sepatutnya diproses serius agar tidak terjadi lagi.

Saya pribadi kurang tahu, sampai sejauh mana perkembangan teknologi industri kedirgantaraan dunia. Akan tetapi, jika capaiannya sudah maksimal untuk kebutuhan saat ini, mestinya kecelakaan pesawat yang memakan korban jiwa dapat terminimalisir.

Harus diakui, kebanyakan kecelakaan dialami pesawat komersial, yang dikhususkan untuk penumpang. Artinya juga, pesawat untuk kebutuhan lain pernah dan berpotensi mengalami hal yang sama.

Baiklah tidak perlu dibedakan antara komersial dan khusus, supaya tidak muncul anggapan bahwa yang satu lebih penting sementara yang lainnya tidak. Langsung saja, sampai kapan kecelakaan pesawat terus terjadi?

Atau katakanlah yang namanya celaka tidak mungkin diprediksi, meski sudah diantisipasi sebaik mungkin. Sebab terkadang disebabkan oleh alam yang tidak bersahabat.

Maka pertanyaan selanjutnya, mengapa kemampuan manusia dan kecanggihan teknologi tidak diarahkan untuk mengatasi timbulnya korban jiwa? Tentu pertanyaan ini tertuju kepada industri pesawat.

Sudah adakah industri pesawat yang berinovasi membuat semacam alat untuk menihilkan atau mengurangi jumlah korban jiwa ketika terjadi kecelakaan penerbangan? Rasanya belum ada.

Sepengetahuan saya, hampir semua industri lebih sibuk memikirkan bagaimana caranya penumpang merasa nyaman ketimbang aman di dalam pesawat. Padahal sisi keamanan jauh lebih penting daripada kesenangan.

Pemilik serta pengelola industri berlomba memoles badan pesawat, menghadirkan WiFi, membuat kursi empuk, memasang televisi, dan sebagainya, tetapi konsisten lupa memikirkan keamanan jiwa para penumpang.

Rasanya pelampung, saluran oksigen, lembaran protokol maskapai, dan aksi peragaan awak kabin tidaklah cukup untuk menjamin keselamatan jiwa para penumpang di saat datang musibah yang tidak diduga-duga.

Maksudnya, mengapa industri tidak menginisiasi terciptanya sebuah alat, agar ketika terjadi musibah dan pesawat jatuh, para penumpang tidak ikut remuk di dalamnya?

Mengapa industri tidak menanggapi ide rancangan "parasut pesawat" dari seorang insinyur penerbangan asal Ukraina bernama Vladimir Tatarenko? Dalam desain yang sudah lama dibuatnya, Tatarenko merancang pesawat berkapsul dan berparasut.

Vladimir Tatarenko memamerkan desain pesawat berkapsul dan berparasut | Foto: Kyiv Post via Detik.com
Vladimir Tatarenko memamerkan desain pesawat berkapsul dan berparasut | Foto: Kyiv Post via Detik.com
Agak rumit menjelaskan ilustrasinya di sini. Intinya, kalau bentuk pesawatnya seperti yang dirancang Tatarenko, nantinya para penumpang berada di dalam kapsul.

Sementara parasut yang melekat di badan kapsul berfungsi untuk menarik kapsul ke luar saat terjadi musibah dan membuatnya melayang di udara. Dengan kapsul melayang, Tatarenko memastikan para penumpang akan aman dan selamat di dalamnya.

Tentunya tombol untuk melontarkan kapsul ada di tangan pilot. Maka artinya, pilot yang mengendalikan dan memastikan dirinya sudah ikut masuk ke dalam kapsul.

Tidak hanya kapsul dan parasut, rupanya Tatarenko juga merancang karet berbentuk tabung yang secara otomatis mengembang untuk menopang pendaratan kapsul, baik di daratan maupun di perairan.

Penjelasan lebih lanjut perihal ide Tatarenko, serta bagaimana ia berjuang mengajukannya ke beberapa industri penerbangan namun ditolak, sila baca (klik) "Tatarenko 1" atau "Tatarenko 2". Atau sila saksikan tayangan video berikut:


Maukah industri pesawat mengadopsi atau membeli hak paten Tatarenko demi keselamatan jiwa para penumpang? Sebaiknya mau. Kalau memang ada kekurangan, tinggal diperbaiki dan dikembangkan.

Tegasnya lagi, maukah ilmuwan di bidang teknologi kedirgantaraan ikut berpikir soal ini? Mau pulakah para pemimpin negara di dunia "mendesak" industri pesawat untuk menghadirkan alat penjamin keselamatan penumpang? Semoga saja. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun