Makna selanjutnya adalah, ketika di Jakarta saja yang notabene ibu kota negara tersimpan problema karena tak kunjung diselesaikan, apalagi di daerah lain yang sulit terjangkau pandangan.
Oleh karena itu, patutlah sikap belarasa antar sesama wajib terus digelorakan. Tidak hanya di masa pandemi ini, melainkan juga di setiap waktu dan di mana pun.
Berikutnya, apa yang dilakukan Risma di kolong jembatan itu, sejatinya telah "menyentil" sejumlah pejabat berkepentingan. Umpamanya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan pejabat lainnya.
Tidak berlebihan jika di sini dituliskan, Anies seharusnya tidak sibuk pamer piagam dan plakat penghargaan. Ia harus gemar turun melihat langsung keadaan warga berkesusahan.
Kemudian, semoga pula para anggota DPRD DKI Jakarta yang beberapa waktu lalu bertengkar hanya gara-gara usulan kenaikan gaji dibatalkan, menjadi sadar. Tidak pantas mengaku sebagai wakil rakyat bila rasa simpati tidak ada.
Terakhir, seperti tertuang pada paragraf kedua tulisan ini, yakni mudah-mudahan kunjungan Risma tidak berhenti di Jakarta, namun diteruskan ke wilayah lain.
Berstatus Mensos, Risma berkewajiban tampil ke depan untuk memberi contoh bagaimana menjadi pejabat publik yang sesungguhnya. Tidak cuma sibuk saat pembagian sembako untuk diambil gambarnya, lalu di-upload ke media sosial. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H