Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hashim yang Belum "Move On" dari Susi Pudjiastuti

5 Desember 2020   16:40 Diperbarui: 5 Desember 2020   16:43 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hashim Djojohadikusumo dan Susi Pudjiastuti | Tribunnews/ Kolase

Tertangkapnya mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo oleh petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu yang kemudian juga ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan kasus suap perizinan ekspor benih lobster atau benur, tentu telah mengecewakan dan membuat malu sebagian pihak.

Siapa saja pihak-pihak itu? Pasti banyak. Mulai dari Presiden Joko Widodo, rekan-rekan Edhy di Kabinet Indonesia Maju (KIM), kader-kader Partai Gerindra, sesama politisi, anggota keluarga Edhy, seluruh rakyat Indonesia (khususnya para nelayan), hingga keluarga besar Prabowo Subianto.

Bahwa cukup banyak yang kecewa dan malu, rasanya yang paling merasakan hal itu di antara semua pihak adalah keluarga Prabowo. Betapa tidak, sebagian besar perjalanan hidup dan karir Edhy dilalui bersama Prabowo dan keluarga.

Maka dari itu, tidak heran bila kemudian Hashim Djojohadikusumo, selaku perwakilan keluarga Prabowo (sekaligus adik kandung Prabowo) berang atas ulah Edhy yang disebutnya "tidak tahu diri".

Hashim kecewa karena nama keluarga besar mereka tercoreng gara-gara Edhy, seorang "anak yang dipungut dari selokan sejak 25 tahun" itu. Ditambah lagi terkena fitnah, karena dikait-kaitkan dengan kasus yang membelit Edhy.

"Pak Prabowo sangat marah, sangat kecewa, ia merasa dikhianati. I picked him up from the gutter, and this is what he does to me. Saya merasa dihina, difitnah," ungkap Hashim, Jumat (4/12/2020).

Maksudnya, Edhy seharusnya mau menjaga nama baik keluarga Prabowo, dengan cara tidak korupsi. Sebab, terhitung sejak dirinya dikeluarkan dari Akademi Militer puluhan tahun silam sampai mendapat jabatan menteri KKP, Prabowo selalu membantunya.

Sehingga ketika perusahaannya yang bernama PT Bima Sakti Mutiara yang kebetulan masuk sebagai calon eksportir benur dikaitkan dengan kasus Edhy, Hashim tidak terima. Ia mengaku, perusahaannya belum pernah ekspor benur semenjak Edhy menjabat.

"Artinya tidak pernah melakukan ekspor. Artinya tidak pernah nyogok untuk mendapatkan surat itu. Justru di situlah yang sangat disesalkan oleh Ibu Sara (Saraswati) ini, apalagi bapaknya (Hashim)," kata Hotman Paris, selaku kuasa hukum keluarga Hashim.

Kekecewaan keluarga besar Prabowo dan keberangan Hashim layak dimaklumi, namun mestinya cukup sampai di situ, yang tentunya juga tetap menunggu hasil proses pemeriksaan kasus hukum Edhy di KPK.

Artinya apa? Sebaiknya Hashim tidak perlu lagi mengungkit sesuatu yang jelas tidak ada hubungannya dengan kasus Edhy. Mengapa pula Hashim masih 'menyentil' mantan Menteri KKP 2014-2019, Susi Pudjiastuti?

Mengapa tidak cukup Edhy saja yang dimarahi, tanpa membawa-bawa nama Susi? Mengapa Hashim mengatakan bahwa kebijakan Susi soal pelarangan ekspor benur keliru?

"Menteri lama itu keliru, masa kita dilarang ekspor, dilarang budidaya? Menurut saya, banyak orang Indonesia itu berpotensi super power, produk kelautan kita yang besar, bukan Vietnam. Kebijakan menteri lama itu keliru," ujar Hashim.

Bahwa Hashim termasuk orang yang ikut mengusulkan agar ekspor benur dibuka, lalu sejanjutnya dikabulkan Edhy, seharusnya selesai persoalan itu. Tidak ada artinya lagi menyeret nama Susi. Bukankah Susi sekarang sudah menjadi masyarakat biasa? 

Akhirnya yang terjadi apa? Susi rupanya tidak terima namanya kembali dibawa-bawa. Ia melayangkan protes terhadap Hashim lewat media sosial (Twitter). Ia meminta Hashim memberi klarifikasi, karena selain dianggap keliru, juga disebut pernah menangkap nelayan soal benur.

"Tuan Hashim yang terhormat, mohon info nama, alamat nelayan yang ditangkap oleh Susi. Saya tunggu jawaban Anda," tulis Susi di Twitter menanggapi berita terkait dirinya.

Dan untuk mempertegas bahwa ia tidak keliru, lewat unggahan video di Twitter sedang paddling (Sabtu, 5/12/2020), Susi menegaskan bahwa jika memang dulu kebijakannya tidak sesuai, seharusnya pihak-pihak yang merasa dirugikan mau menggugatnya di pengadilan. Tapi nyatanya tidak ada.

"Siang hari begini ngomong Susi keliru, dulu waktu saya masih menjabat, saya sudah bilang, siapa yang berkeberatan dengan kebijakan saya, bisa PTUN-kan saya. Kan sudah diganti semua yang keliru. Mestinya jadi benar. Kalau keliru diganti, masa keliru lagi?," ujar Susi di video.

Benar yang dikatakan Susi, pemilik kebijakan bukan lagi dirinya, melainkan Edhy. Kebijakan yang dianggap Hashim keliru mestinya sudah benar di tangan Edhy. Pantaskah Hashim disebut belum "move on" dari Susi?

Agaknya pantas. Bayang-bayang Susi ternyata masih menghantui pikiran Hashim, padahal Susi tidak lagi berurusan dengan perizinan benur, termasuk soal kasus yang menyeret Edhy.

Mudah-mudahan perdebatan Hashim dan Susi tidak berlanjut. Mengenai urusan ekspor benur, biarlah menjadi tanggungjawab dan kebijaksanaan menteri berikutnya (pengganti Edhy). ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun