Pertanyaannya, cukupkah bagi Anies menyebut terjadi kematian demokrasi dan krisis kepemimpinan (nasional) hanya karena kerumunan Rizieq dipersoalkan, dirinya diperiksa polisi, dan dibersihkannya pajangan gambar Rizieq?
Ada apa dengan Anies? Tahukah ia bahwa dunia tengah dilanda pandemi Covid-19 sehingga seluruh aturan protokol kesehatan wajib dipatuhi oleh siapa pun, termasuk masyarakat Indonesia dan terutama di DKI Jakarta?
Bukankah Anies bertindak sebagai penanggungjawab utama penegakkan protokol kesehatan di ibu kota? Sadarkah ia bahwa aturan berlaku bagi setiap orang, tidak terkecuali dirinya, Rizieq dan kelompoknya? Mengapa seolah mau menggunakan "standar ganda"?
Sebagai bentuk sikap proteskah makanya Anies menguggah foto buku favoritnya (semoga demikian)? Salahkah pemerintah geram menyaksikan ulah Rizieq dan memeriksa Anies untuk dimintai pertanggungjawaban selaku kepala daerah?
Letak kematian demokrasi dan krisis kepemimpinan ada di mana? Mengapa penegakkan aturan oleh aparat dimaknai Anies sebagai pembunuhan demokrasi di Indonesia? Otoriterkah pemerintah karena menertibkan warganya di masa pandemi ini?
Sikap Anies sungguh aneh dan membingungkan. Maka tidak heran ketika sebagian netizen (bahkan saya sendiri) menyindir balik Anies atas unggahannya di media sosial.
Tak sedikit netizen yang menanggapi Anies dengan kata dan kalimat: "radicalism killed democracy", "tanpa demokrasi, mustahil Anda jadi gubernur DKI Jakarta", "Anda jadi gubernur bukan hasil demokrasi, tetapi demonstrasi", "Anda ditaklukkan ormas FPI", dan sebagainya.
Entah punya keluhan khusus apa terhadap pemerintah (pusat) dan aparat, dan sedang merencanakan misi besar seperti apa di masa mendatang, sebaiknya Anies arif dan bijaksana di muka publik. Jangan kelihatan kekanak-kanakan.
Biarkan pemerintah pusat mengambil perannya, yang pastinya publik akan tetap mengawal supaya tidak bablas. Lalu Anies mestinya gagah menjadi pemimpin, menolak dikangkangi ormas, membebaskan diri dari belenggu "balas jasa", dan konsisten menegakkan aturan.
Penyelesaian masalah Rizieq dan kelompoknya, biarlah menjadi kewenangan pihak berwajib. Anies tidak boleh merasa galau gara-gara itu dan akhirnya berfantasi liar bahwa demokrasi mati dan terjadi krisis kepemimpinan.
Tidak bersyukurkah Anies, wajah ibu kota menjadi cerah kembali karena pajangan liar dan ilegal sudah dibersihkan Satpol PP yang turut dibantu oleh aparat TNI dan kepolisian?