Selanjutnya, di atas saya sebut sebagai "inspirasi" juga, karena ternyata apa yang dikatakannya memang realitasnya demikian. Belajar setinggi-tingginya tidak akan menjamin seseorang mampu hidup aman dan nyaman. Apalagi ketika akhirnya kita kebingungan, sebab kompetensi yang kita miliki belum tentu sesuai dengan kriteria perusahaan idaman.Â
Mau sampai kapan kita membuang waktu hanya untuk tampil layak di mata orang lain? Mengapa tidak menjadi pengusaha meski mulai dari nol atau dasar.
Menariknya, keponakan saya itu seolah mengingatkan saya dan mungkin sebagian orang yang saat ini menggantungkan sumber pendapatan utama dari hasil kerja di tempat orang lain, entah di lembaga atau perusahaan. Bahwa ternyata, pendapatan sangat dipengaruhi oleh regulasi dan kondisi.
Regulasi misalnya, kita tidak dapat menghindari yang namanya perampingan jumlah karyawan sehingga terjadi PHK. Saya tidak pernah mengalaminya, karena pindah tempat kerja selama ini atas kemauan sendiri.Â
Banyak faktor penyebabnya. Antara lain misalnya jarak lokasi kerja terlalu jauh dari tempat tinggal, penghasilan tidak memuaskan, hingga budaya di perusahaan yang kurang kondusif.
Kemudian, kondisi (masih terkait juga regulasi). Sampai kapan saya dan pekerja lain terombang-ambing karena peraturan terbaru, baik dari perusahaan maupun pemerintah?
Coba dibayangkan, seandainya saya dan sebagian orang lain memilih punya usaha sendiri juga, di samping menjadi karyawan. Bukankah umpamanya dengan adanya Covid-19 dan UU Cipta Kerja tidak membuat diri kehilangan arah?
Sebab, meskipun muncul aturan atau wabah melanda, aktivitas tetap berjalan dan pendapatan konsisten ada. Keluar atau dikeluarkan dari perusahaan dengan alasan Covid-19 dan melanggar aturan kala ikut berdemonstrasi menolak UU Cipta Kerja, bukankah mestinya itu tidak terjadi?
Tidak mengafirmasi semua pengakuan keponakan saya, karena keputusan yang diambil seseorang sesuai motivasi, selera, dan misi hidup. Ada yang bekerja demi pelayanan (bukan semata mencari uang), untuk mengukir jejak karir, dan ada pula yang nyata sukses mendapatkan penghasilan cukup dengan berstatus pekerja (di tempat orang lain). Maka dari itu, saya mengatakan kepadanya, pilihan setiap orang pasti berbeda-beda. Tetap tergantung pertimbangan dan cita-cita pribadi.
Mengulang lagi, sebagian besar yang diutarakannya benar adanya. Tidak semua orang yang lulus kuliah mampu langsung bekerja atau cepat diterima perusahaan. Dan keponakan saya memutuskan untuk tidak kuliah tetapi memulai bisnis. Terserah dia, itulah keputusannya.Â
Bagaimana dengan saya dan Anda? Kalau saya, sepertinya sudah ada rencana mengikuti "arahannya", merancang usaha kecil-kecilan. Mudah-mudahan belum terlambat.