Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ferdinand Hutahaean Siap Tinggalkan Demokrat, Ada Apa?

11 Oktober 2020   13:32 Diperbarui: 11 Oktober 2020   13:43 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pro dan kontra terkait pengesahaan RUU Cipta Kerja menjadi UU Cipta Kerja (pada Senin, 5/10/2020) masih berlangsung hingga sekarang. Entah sampai kapan selesai, UU bagian dari Omnibus Law tersebut sudah "membelah rakyat" ke dalam dua kubu. Khusus di DPR RI , kubu pro diwakili 7 fraksi, sedangkan kubu kontra sebanyak 2 fraksi (Partai Demokrat dan PKS).

Meski Demokrat telah bersikap menolak pengesahaan RUU Cipta Kerja, ternyata ada salah seorang kadernya yang "membelot" dan memilih sikap berbeda.

Namanya Ferdinand Hutahaean, Ketua Biro Energi dan Sumber Daya Mineral Partai Demokrat periode 2020-2025. Di periode sebelumnya, Ferdinand menjabat sebagai Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Partai Demokrat.

Tampaknya Ferdinand adalah satu-satunya kader Demokrat yang "bandel", sebab belum ada kader lain yang sependapat dan sepaham dengannya. Semua tetap satu suara, menolak UU Cipta Kerja dan mendukung langkah buruh berdemonstrasi.

Saking bandelnya, ia berani menuliskan beberapa postingan di akun Twitter pribadinya (@FerdinandHaean3) untuk memperjelas sikap, bahkan juga rencana untuk keluar dari Demokrat.

Berikut salah satu cuitan Ferdinand pada hari ini, Minggu (11/10/2020), pukul 09.02 WIB, yaitu:

"Jadi kalau sekarang pun saya akan pergi dari Partai Demokrat, itu jg krn soal prinsip dan keyakinan politik, jalan politik kebangsaan yang sy yakini terlepas apakah saya salah atau benar dgn prinsip yang sy yakini. SAYA MEMUTUSKAN UNTUK PERGI DAN MENGUNDURKAN DIRI..!," tulis Ferdinand.

Benarkah Ferdinand punya rencana demikian? Ternyata, setelah dikonfirmasi, ia menegaskan bahwa cuitan dibuat sekadar "pengumuman", supaya publik tahu. Ia mengatakan, realisasinya akan dilakukan besok, Senin (12/10/2020), lewat surat pengunduran diri ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat.

"Ya, dan memang besok saya akan memasukkan pengunduran diri saya secara resmi ke DPP Demokrat. Hari ini saya umumkan sikap itu agar publik tahu tentang sikap saya," kata Ferdinand.

Tentu publik tinggal menunggu, apakah Ferdinand betul mengundurkan diri atau tidak, umpamanya cuma sebatas "gertakan sambal", gurauan, atau lainnya. Pertanyaan selanjutnya, apa dasar dari sikap Ferdinand sehingga ia berani beda pilihan dengan partainya?

Sebelum mengumumkan rencana pengunduran diri, pada cuitannya, Ferdinand  menegaskan, pilihannya bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, melainkan demi kebaikan bangsa dan negara. Prinsip politik yang dipilih sesuai hati nuraninya.

Ferdinand turut membantah jika sikapnya tidak ada hubungannya dengan kepentingan pribadi. Karena ia merasa dianggap sebagai "penjilat", maksudnya untuk mendapat jabatan atau kuasa di pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Kalau untuk jabatan atau kuasa, Ferdinand menyebutkan, seharusnya sedari dulu sudah bergabung di pemerintah, di mana sempat menjadi pendukung pasangan Jokowi-JK di Pilpres 2014, sebagai Ketua DPP Bara JP (Barisan Relawan Jokowi Presiden).

Maka dari itu, Ferdinand meminta agar tidak disebut "penjilat". Ia mengaku, dukungannya terhadap Jokowi saat ini serta pengesahan RUU Cipta Kerja semata untuk membela negara dan menghalau oknum yang ingin merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menanggapi sikap Ferdinand, sebagian netizen ada yang mencibir dan ada pula yang mendukung.

Baru kali inikah Ferdinand mengungkap "keberpihakannya" terhadap Jokowi? Tidak. Pada Pilpres 2019 lalu, ia pernah "memilih" Jokowi-Ma'ruf Amin, walaupun Demokrat berada di kubu pasangan Prabowo-Sandiaga. Ia keluar dari anggota koalisi pemenangan Pilpres.

Apa pun sikap yang diambil Ferdinand, semua merupakan hak pribadinya. Ia punya hitung-hitungan sendiri. Tegasnya, tidak ada yang abadi di dunia politik, bisa berubah kapan saja.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun