Namun begitu, ternyata ada kesibukan terbaru Gatot. Ia diketahui terlibat di berbagai forum aktivis. Semacam forum yang berbau politik, meski tidak bernaung di bawah partai politik.
Forum itu misalnya, yang sedang hangat dibicarakan publik saat ini, yaitu Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Entah kapan dibentuk, disebutkan, KAMI adalah sebuah forum atau gerakan moral menegakkan kebenaran dan keadilan sosial. Dan Gatot terlibat di sana sebagai salah seorang pimpinan presidium.
Para deklarator tersebut di antaranya MS Ka'ban, Bachtiar Nasir, Sobri Lubis, Said Didu, Refly Harun, Rocky Gerung, Rachmawati Soekarnoputri, Meutia Hatta, Titiek Soeharto, Achmad Yani, Abdullah Hehamahua, Syahganda Nainggolan, Anthony Kurniawan, Adhie M. Massardi, Moh. Jumhur Hidayat, Ichsanuddin Noorsy, Hatta Taliwang, Marwan Batubara, Edwin Sukowati, Joko Abdurrahman, Habib Muhsin Al Atas, Tamsil Linrung, Eko Suryo Santjojo, Chusnul Mariyah, Sri Bintang Pamungkas, serta beberapa nama lainnya.
Apa yang dideklarasikan (dituntut) KAMI dan kepada siapakah ditujukan? Berikut 8 (delapan) poin tuntutan KAMIÂ (sila klik) yang disampaikan di Tugu Proklamasi pada Selasa, 18 Agustus 2020. Semua tuntutan tersebut ditujukan kepada pemerintah (dalam hal ini presiden) dan beberapa lembaga negara (DPD RI, DPR RI, dan MPR RI).
Sila cari di berbagai sumber perihal keberadaan KAMI, namun pertanyaannya adalah, mengapa Gatot harus terlibat di gerakan tersebut? Ada apa dengan dirinya?
Bukankah seperti anggapan sebagian publik bahwa KAMI dibentuk oleh orang-orang yang sakit hati terhadap pemerintah? Apakah Gatot termasuk sedang sakit hati?
Betul, Gatot bagian dari mereka yang sakit hati itu. Ia mengakui sendiri saat hadir dan berbicara di sebuah acara televisi. Ia mengatakan KAMI muncul mengatasnamakan rakyat untuk mengingatkan soal kondisi bangsa yang memburuk saat ini, khususnya di tengah pandemi Covid-19.
"Ini memang kita semua sakit hati, sakit hatinya adalah kondisi seperti ini maka kita bersama-sama menyampaikan suara hati nurani rakyat. Kondisi sekarang ini tidak normal memang, dengan terjadi covid ini terjadi pembekuan, proses pembekuan. Antara murid dengan guru, antara murid dengan dosen, antara manajer dengan pekerja, antara pemilik hotel dengan tamu, proses pembekuan. Akumulasi ini bisa terjadi pembekuan antara raktyat dan pemerintah, ini yang berbahaya maka harus diingatkan. Kita tidak mau dalam kondisi seperti ini kita diam-diam saja, ini latar belakangnya," kata Gatot.
Sakit hati dan prihatin dengan kondisi bangsa gara-gara pandemi Covid-19, lalu mengapa sebagian besar tuntutan KAMI tidak berkaitan dengan hal itu? Mengapa keluar pula dari mulut Gatot soal intervensi Pemilu dan "pejabat boneka"?
"Bagi intervensi Pemilu, dan memilih pejabat untuk pada saatnya pejabat tersebut bisa dikenalkan bahkan menjadi boneka bagi kepentingan lain yang bukan tujuan dan kepentingan negara," lanjut Gatot.