Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sejak Susi "Lengser", Nelayan Mengeluh Dikejar dan Diusir Kapal Asing

30 Desember 2019   02:17 Diperbarui: 30 Desember 2019   03:14 5843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Edhy Prabowo saat mengunjungi lokasi budidaya lobster di Lombok | Gambar: KOMPAS.com
Edhy Prabowo saat mengunjungi lokasi budidaya lobster di Lombok | Gambar: KOMPAS.com
Jangankan program baru, Edhy malah membawa masyarakat masuk ke dalam perdebatan yang tidak penting, antara boleh atau tidaknya mengeluarkan izin ekspor benih lobster ke luar negeri.

Entah berapa lama, mungkin satu bulan, izin ekspor benih lobster dibuat jadi polemik. Masyarakat yang kontra bersuara lantang menolak kebijakan Edhy, salah satunya Susi. Karena riuh, akhirnya presiden pun turut menengahi dan memberi tanggapan.

Apa hasil dari polemiknya? Hasilnya adalah ternyata Edhy mengatakan penerbitan izin ekspor benih lobster belum final. Seolah "tersadar" saat kunjungan kerja di Tanjung Elong, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Sabtu (12/12), beliau menegaskan masih wacana.

Sebaiknya Edhy fokus kerja, jangan munculkan polemik baru lagi. Pekerjaan sangat-sangat banyak. Program lama yang terbukti berhasil saja mestinya tetap dipantau agar tidak mengalami kemunduran. Misalnya, kebijakan menghalau, menangkap, dan menenggelamkan kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia. Itu harus dijaga dan ditingkatkan.

Maukah Edhy konsisten menghalau, menangkap dan menenggelamkan kapal asing? Belum ada pernyataan tegas soal itu. Bahkan beliau malah mengarahkan agar kebijakan tersebut jadi bahan diskusi. Padahal tidak perlu lagi. Mayoritas masyarakat setuju tindakan tegas terhadap nelayan asing pencuri ikan.

Jika Edhy terus-menerus bersikap lembek, maka jangan heran nanti kapal nelayan asing makin menjadi-jadi, merasa mendapat kesempatan untuk kembali menguasai perairan Indonesia. Mereka akan seenaknya menguras isi laut kita tanpa ada rasa takut.

Sebenarnya tidak perlu mengira kapan itu terjadi, terhitung satu minggu setelah Edhy dilantik (sebagai pengganti Susi), kapal China, Vietnam dan Malaysia sudah berani menyerbu perairan Natuna dan menangkap ikan secara bebas di sana. Bukti dalam bentuk video sudah ramai tersebar di media sosial.

Nelayan-nelayan asing tadi menangkap ikan menggunakan pukat harimau, yang nyata-nyata dilarang di negara kita. Tidak cukup mencuri ikan, mereka juga berani mengejar dan mengusir nelayan kita yang sedang melaut.

"Selang satu minggu sejak pergantian menteri (Susi Pudjiastuti diganti Edhy Prabowo), info dari anggota kami langsung banyak kapal asing. Sebulan kemudian makin ramai. Mereka (nelayan lokal) dikejar coast guard China. Kami sering diuber-uber kapal asing. Mereka nabrak-nabrak kapal kita. Di media sosial, di Natuna sudah heboh soal ini," ujar Herman, Ketua Nelayan Lubuk Lumbang, Kelurahan Bandarsyah, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna (29/12).

Kapal coast guard China mengusir nelayan Indonesia di perairan Natuna | Gambar: kumparan.com/istimewa
Kapal coast guard China mengusir nelayan Indonesia di perairan Natuna | Gambar: kumparan.com/istimewa
Penampakan kapal asing | Gambar: kumparan.com/istimewa
Penampakan kapal asing | Gambar: kumparan.com/istimewa
Kapal asing pencuri ikan berbendera Malaysia | Gambar: kumparan.com/Zuhri Noviandi
Kapal asing pencuri ikan berbendera Malaysia | Gambar: kumparan.com/Zuhri Noviandi
Beraninya kapal asing masuk ke perairan Indonesia ketika Edhy menjabat sesungguhnya bentuk penghinaan terhadap negara ini dan Edhy pribadi. Nelayan asing barangkali menganggap Edhy tidak seganas Susi.

Mendengar kejadian itu seharusnya Edhy selaku menteri berang dan mengangkat bendera perang, memastikan ke nelayan asing bahwa pergantian menteri bukan kesempatan untuk menjajah Indonesia dan nelayannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun