Saya yakin apa yang disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sekaligus Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani seperti termuat dalam situs kompas.com ini (sila klik) hampir pasti benar, karena sudah barang tentu sesuai fakta pengalaman, evaluasi, dan kritik para pengusaha.
Hariyadi mengaku gembira serta mengapresiasi keputusan Menteri BUMN Erick Thohir yang memberhentikan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra (Ari Askhara) sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk, yang diduga terlibat dalam kasus penyelundupan barang mewah (satu unit sepeda motor Harley Davidson dan dua unit sepeda Brompton).
Lebih lengkap mengenai kasus tersebut, sila baca (klik): Langgar Prinsip GCG, Dirut Garuda Diberhentikan dari Jabatan dan Dirut Garuda yang Enggan "Seppuku" Meski Misi Gagal dan Langgar "Bushido". Pada kedua artikel ini termuat juga banyak referensi berita terpercaya untuk memperkaya pengetahuan para pembaca.
Mengapa Hariyadi mengaku gembira? Sebab, ia menilai Ari Askhara merupakan sosok di balik kacaunya kondusivitas dunia usaha sehingga menyebabkan persaingan menjadi tidak kompetitif.
Ia mengatakan, sejak Ari Askhara menjabat, distribusi avtur (bahan bakar minyak untuk pesawat terbang) ke perusahaan penerbangan swasta terhambat.
Selanjutnya, Hariyadi juga menyebutkan Ari Askhara adalah aktor di balik praktik kartel tiket pesawat yang saat ini tengah diselidiki oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Akibatnya, harga tiket pesawat melonjak, biaya pengiriman kargo (barang) menjadi mahal, dan masyarakat mengalami kerugian.
Akibat lain dari tidak kondusifnya dunia usaha serta kenaikan harga tiket pesawat yakni bisnis di bidang pariwisata dan perhotelan melemah. Kunjungan wisatawan menurun dan penggunaan hunian hotel melorot tajam.
"Kami sesalkan saja kok ada upaya yang membuat kompetitif dipersulit. Terus terang kami dengan adanya pergantian direksi Garuda ini, saya sebagai Ketua PHRI di sektor pariwisata, gembira banget. Dia (Ari Askhara) mendikte pasar, sampai Traveloka dipencet sama dia, itu enggak fair lah," kata Hariyadi di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (6/12/2019).
Adakah yang mau membantah fakta-fakta yang telah diungkap Hariyadi? Saya sendiri, tidak. Entah sudah berapa kali saya menulis artikel yang isinya tentang keluhan atas kenaikan harga tiket pesawat yang telah berlangsung sejak awal tahun ini. Saya heran, mengapa kenaikannya begitu luar biasa sampai menyentuh angka 200 persen.
Kalau Hariyadi dan para pengusaha merasa gembira atas pemecatan Ari Askhara, saya pribadi belum terpikir untuk melakukan hal yang sama. Saya baru mau gembira jika harga tiket pesawat tahun ini diturunkan, terutama di musim liburan Natal dan Tahun Baru.
Apa yang saya harapkan ini mungkin mewakili ungkapan hati orang lain yang sedang kesulitan mencari maskapai penerbangan bertarif murah supaya bisa pulang kampung.Â
Sila anggap saya lagi curhat, meskipun sebagian dari Anda pasti kesal karena barang selundupan asal Toulouse, Perancis dengan gampang diangkut gratis lewat pesawat baru Garuda tipe Airbus A300-900 Neo, sementara bingkisan akhir tahun buat keluarga di kampung dikenakan biaya pengiriman.
Kembali ke pernyataan Hariyadi, benarkah Ari Askhara penyebab naiknya harga tiket pesawat? Fakta-fakta apa yang sangat mungkin mendukung pernyataan Hariyadi?
Fakta bahwa naiknya harga tiket pesawat terjadi sejak pertengahan Desember 2018 atau awal Januari 2019 adalah benar adanya. Pihak mana pun tentu merasakan dan mengakui hal itu, bukan saya dan Hariyadi.
Sedikit menyingkap 'jejak' jabatan Ari Askhara selama menjabat sebagai Direktur Utama Garuda, yang sangat mungkin menimbulkan konflik kepentingan.Â
Sepanjang menjadi pucuk pimpinan di Garuda (terpilih pada September 2018), ada dua jabatan lainnya yang sempat diemban Ari Askhara yakni Komisaris Utama PT Sriwijaya Air (mengundurkan diri pada Juli 2019 karena dipermasalahkan oleh KPPU) dan Ketua Umum Indonesia Air Carrier Association (INACA) atau Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia yang kemudian digantikan oleh Direktur Utama Whitesky Aviation, Denon B. Prawiraatmadja (per 31 Oktober 2019).
Kedua jabatan tadi sangat mungkin menjadi "kotor" ketika diemban oleh orang yang sama dan punya konflik kepentingan. Garuda yang selama ini berperan sebagai pionir perusahaan penerbangan bisa berpotensi bablas mendikte harga tiket pesawat yang berlaku di beberapa maskapai lain di pasaran.
Sekali lagi, Hariyadi dan para pengusaha pasti punya penilaian tersendiri terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil Ari Askhara yang selama ini mempengaruhi keberlangsungan bisnis mereka di lapangan.
Harapan saya pribadi, semoga masyarakat serta pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) tidak mengalami kerugian berkepanjangan gara-gara kenaikan harga tiket pesawat.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H