Kutipan pesan mantan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy kepada rakyatnya yang berbunyi, "Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu", kiranya berguna untuk saya pribadi, dan mungkin juga buat orang lain.
Ya, sampai sekarang saya masih menuntut negara memberikan banyak hal untuk saya, sedangkan saya sendiri belum berbuat sesuatu yang luar biasa demi membanggakan negara saya. Tidak seperti orang lain yang saya lihat telah menunaikan kewajibannya akan hal itu.
Saya kurang tahu sampai kapan saya berlaku begitu, namun saya berharap semoga di suatu hari nanti saya bisa berkontribusi bagi negara, meski saya juga kurang yakin apakah mampu melakukannya di sisa umur saya atau tidak.
Saya bingung kontribusi dalam bentuk apa lagi selain memenuhi kewajiban membayar pajak, sementara saya sadar pemberian negara kepada saya justru lebih besar dari apa yang saya berikan.
Mungkin ada yang mau mengatakan kontribusi saya kepada negara tidak harus langsung dan berwujud materi, bisa ditunaikan lewat pelayanan kepada sesama. Tapi, lagi-lagi saya tetap mendapat ganjaran setimpal. Terus bentuk apa lagi?
Biarlah saya berusaha mencoba menemukannya, sembari menjalankan aktivitas saya sehari-hari. Saya tidak perlu mengingat dan mendata satu per satu, apa yang menurut saya semacam kontribusi buat negara, karena bisa saja salah dan tidak masuk kategori.
Setan apa yang merasuki saya sehingga tiba-tiba menulis artikel tentang nasionalisme dan cinta tanah air? Jawabannya, bukan setan atau makhluk sejenis, tetapi manusia. Ya, dua orang manusia yang saya ketahui dari media tengah ramai dibicarakan publik sejak kemarin.
Mereka yaitu Agnes Monica (Agnez Mo) dan Maria Ozawa (Miyabi), dua orang berkebangsaan berbeda. Agnez orang Indonesia, sedangkan Miyabi orang Jepang. Mereka berdua diperbincangkan untuk dipertentangkan soal sense of belonging terhadap Indonesia.
Agnez yang merupakan penyanyi internasional kelahiran Indonesia dilabel sebagai Malin Kundang (pengkhianat), didesak untuk membuka dokumen status kewarganegaraan, dan bahkan sampai diminta ke neraka, hanya gara-gara pernyataannya di sebuah wawancara di Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu.
Pernyataan yang dianggap kontroversial dan akhirnya berbuah penghakiman dini dari sebagian warga (netizen) Indonesia itu adalah, ketika di sela sesi wawancara bersama Kevan Kenney, Agnez sempat mengaku tidak berdarah asli Indonesia dan hanya menumpang lahir di sana.
Namun apa yang terjadi, sebagian netizen Indonesia gagal paham atas pernyataan Agnez, yang rupanya didasarkan pada tayangan sepotong video wawancara, tidak utuh.Â
Khususnya di jagat Twitter, nama Agnez sampai jadi trending topic. Sebagian menuduhnya pengkhianat, "kacang lupa kulit", tidak perlu membawa nama Indonesia di luar negeri saat tampil menyanyi, dan sebagainya.
Meski demikian, ada juga netizen yang matian-matian membela, antara lain mencoba menjelaskan maksud dari pernyataan Agnez, meminta tidak main hakim sendiri, hingga menyarankan agar menonton ulang video utuh serta membaca klarifikasi terbuka di akun Instagram Agnez.
Sila baca: Soal Ungkapan "Tak Berdarah Indonesia", Ini Klarifikasi Agnez Mo
Lah, Agnez yang terbukti punya prestasi membanggakan, mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional, dan tidak bermaksud menyudutkan posisi tanah kelahirannya (saat wawancara) dengan gampang disebut pengkhianat, bagaimana dengan saya (dan Anda) yang cuma bisa menuntut untuk dilayani negara?
Betapa tidak malunya saya yang bersikap seolah ingin menihilkan kontribusi Agnez bagi negara ini, sementara saya hanya mampu mengeluh, mencibir dan mengutuk. Hal apa yang sudah saya torehkan yang nilainya sebanding dengan torehan Agnez?
Saya tidak punya relasi apa pun dengan Agnez apalagi soal darah, sehingga bisa jadi alasan untuk memujanya secara berlebihan. Garis darahnya dari nenek-moyang dan orangtuanya.
Kami hanya kebetulan lahir di tanah air yang sama, yang mestinya punya kewajiban yang sama pula membanggakan Indonesia. Tapi satu hal yang saya kagum dengannya, dia berhasil menemukan apa yang pantas dipersembahkan untuk negaranya.
Berikutnya, di hari yang sama (kemarin), muncul juga sosok asing yang sama sekali tidak punya hubungan apa pun dengan saya dan Agnez soal tuntutan mencintai Indonesia. Dia adalah Miyabi, salah seorang warga Jepang, yang sempat tersohor karena karirnya di industri film dewasa.
Kemarin sore seorang teman mem-posting link berita di akun Facebook-nya tentang kemenangan Indonesia melawan Thailand. Pada link tersebut, gambar depannya Miyabi yang sedang mencium bendera Indonesia. Lalu kami berdua berbalas komentar. Saya memberi komentar yang intinya, saya kagum sekaligus merasa tertampar dengan aksi Miyabi.Â
Bagaimana tidak, saya sebagai warga asli Indonesia belum tentu mau dan mampu melakukan hal serupa: datang dari Jepang ke Filipina, mengenakan jersey bola berlogo Garuda, membawa bendera merah-putih, teriak-teriak dari tribun (yang barangkali berkontribusi melemahkan mental lawan), dan saat Timnas Indonesia menang dengan bangga mencium bendera yang bukan milik bangsanya.
Saya menangkap maksud Miyabi begitu, walaupun saya agak tersinggung karena dibuat malu. Adakah orang Indonesia lain yang ikut tersinggung? Mestinya ada, orang-orang sekelompok saya yang cuma sibuk mengkritik dan mempersoalkan pernyataan Agnez.
Miyabi sama dengan Agnez, punya cara sendiri mewujudkan rasa cintanya terhadap Indonesia, padahal bukan kewajibannya sebagai orang asing (Jepang). Saya bangga, ternyata orang yang tidak berdarah asli dan berkebangsaan Indonesia pun cinta pada tanah air saya.
Semoga saya bisa belajar dari Agnez dan Miyabi untuk menemukan cara bagaimana membanggakan Indonesia tercinta, selain pengakuan dalam bentuk ucapan dan kata.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H