Perhatian Paus Fransiskus kepada Indonesia belakangan ini pantas dibanggakan dan disyukuri. Mengapa? Karena di mata pemimpin umat Katolik sedunia itu, dinamika kehidupan beragama di Indonesia cukup harmonis. Bahwa fakta kondisi di lapangan membuktikan tidak selalu demikian, hal tersebut masih dalam koridor terkendali.
Tidak hanya menyanjung cara hidup umat beragama yang damai dan penuh toleransi, ketika bangsa Indonesia mengalami musibah pun, Paus Fransiskus selalu meluangkan waktu melantunkan doa kepada Tuhan serta berupaya mengetuk hati masyarakat dunia agar mau mengulurkan bantuan.
Kemudian, yang patut diapresiasi lagi dari Paus Fransiskus adalah saat menunjuk (1 September 2019) dan melantik (5 Oktober 2019) tiga belas kardinal baru, di mana salah satunya orang Indonesia, Ignatius Kardinal Suharyo (Uskup Keuskupan Agung Jakarta). Perlu diketahui, Ignatius Kardinal Suharyo merupakan satu-satunya kardinal baru dari wilayah Asia.
Baca: Paus Fransiskus Lantik 13 Kardinal Baru, Salah Satunya Uskup Agung Jakarta
Sebelum Ignatius Kardinal Suharyo, sudah ada dua kardinal asal Indonesia, yaitu Justinus Kardinal Darmojuwono (sudah meninggal dunia) dan Julius Kardinal Darmaatmadja (masih hidup dan sudah pensiun dari tugas penggembalaan sebagai uskup diosesan).Â
Upacara pelantikan Ignatius Kardinal Suharyo turut dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin [1]. Lebih lanjut tentang apa itu kardinal, sila baca di sini.
Meskipun masyarakatnya mayoritas beragama Islam (umat muslim), Indonesia dipandang tetap berkomitmen menjunjung tinggi prinsip toleransi dan nilai-nilai kemajemukan oleh Paus Fransiskus. Maka tidak heran bila di Vatikan ada Kedutaan Besar Republik Indonesia.
Sedikit kembali ke sejarah awal terbentuknya republik ini, pihak (negara) pertama yang dengan tegas mengakui kemerdekaan Indonesia adalah Tahta Suci Vatikan, baru kemudian disusul oleh negara-negara lain.
Intinya, demikianlah kira-kira gambaran relasi antara Indonesia dan Vatikan sampai sekarang, yang makin lama makin hangat. Oleh sebab itu, entah diminta atau tidak, Paus Fransiskus akan selalu mendoakan bangsa dan negara Indonesia supaya tetap aman dan damai.
Di samping mendoakan, Paus Fransiskus juga tak henti-hentinya memberikan dukungan moral kepada Indonesia, terutama mengenai kebijakan menyangkut penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Misalnya saja saat Menteri KKP Susi Pudjiastuti bertemu Paus Fransiskus di Vatikan pada Rabu, 12 Desember 2018. [2]
Usai bertemu dan berbicara dengan Paus Fransiskus, Menteri Susi menjelaskan bahwa sang pemegang Tahta Suci Vatikan memberikan dukungan moral untuk pemerintah Indonesia dalam memerangi kejahatan maritim dan perikanan, penyelundupan narkoba, perbudakan, dan berujung pada aktivitas perdagangan manusia (human trafficking).
"Beliau mengatakan akan terus berdoa dan berdoa demi kebaikan negeri kita. Apa yang di-announce oleh Vatikan biasanya menjadi patokan mengikat secara moral, saya harapkan pemimpin-pemimpin dunia jadi lebih aware dengan adanya perbudakan, perdagangan manusia di industri perikanan tangkap di laut," kata Menteri Susi.
Bukan cuma Menteri Susi yang bertemu Paus Fransiskus untuk meminta doa dan dukungan, seorang mahasiswa asal Indonesia yang bernama Dewi Praswida yang notabene umat Muslim (sama dengan Menteri Susi) mendapat sapaan hangat dua kali dari Paus Fransiskus. Pertemuan (sapaan) pertama terjadi pada Maret 2018, sedangkan yang kedua pada Juni 2019. [3]
"Pertemuan kedua (dengan Paus) hari Rabu, tanggal 26 Juni 2019, di St Peter Square, Vatikan, Roma, Italia. Pertemuan itu terjadi saat studi saya berakhir. Kesan bertemu kedua, saya lebih berbahagia lagi karena untuk kedua kali juga saya bisa sedikit menyampaikan sesuatu. Saya merasa mendapat berkah luar biasa ketika didoakan. Beliau (Paus) katakan iya dan akan mendoakan. Dalam perkenalan, saya katakan bahwa saya Muslim dari Indonesia," ujar Dewi menceritakan pengalamannya.
Masih terkait pertemuan istimewa warga Indonesia dengan Paus Fransiskus. Hal yang sama dialami juga oleh Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas beserta jajarannya pada Rabu, 25 September 2019. Dalam pertemuan itu, Yaqut dan rekan-rekan menyampaikan dokumen 'GP Ansor Declaration on Humanitarian Islam' atau Deklarasi GP Ansor tentang Islam untuk Kemanusiaan kepada Paus Fransiskus. [4]
Kepada Yaqut dan rekan-rekan, Paus Fransiskus berpesan agar saling mendoakan sesama saudara meski berbeda keyakinan. Semua umat beragama harus bisa hidup berdampingan secara aman dan damai. [5]
"Saya doakan Anda. Anda doakan saya. Kita bersaudara. I pray for you, you pray for me, we are brothers," kata Paus Fransiskus kepada Yaqut dan rekan-rekan.
Momen pertemuan belum lama ini dialami oleh AM Putut Prabantoro dan Gora Kunjana. Mereka berdua mengenakan busana adat Jawa saat bertemu dengan Paus Fransiskus pada Rabu, 16 Oktober 2019. Mereka sengaja pergi ke Vatikan hanya untuk meminta berkat bagi bangsa Indonesia supaya tetap damai dan harmonis. [6]
Putut Prabantoro menceritakan bahwa kesempatan bertemu apalagi berjabat tangan langsung dengan Paus Fransiskus kemungkinannya sangat kecil, mengingat ada sekian ratus ribu orang yang menginginkan hal yang sama. Putut dan Gora sampai hampir putus asa, namun mereka mencari cara agar mendapat perhatian Paus Fransiskus. Maka ide mengenakan busana adat Jawa dilaksanakan.
Apa yang terjadi, ketika Putut dan Gora meneriakkan kata "Papa Francesco" yang seakan berlomba mengalahkan suara ratusan ribu para peziarah, tiba-tiba Paus Fransiskus melihat ke arah mereka beberapa saat.Â
"Paus mengenal kalian sepertinya. Itu tangannya menunjukkan sesuatu dan matanya terus kepada kalian," ujar Rosa, peziarah dari Italia, yang duduk di sebelah Putut.
Dan ternyata benar, Paus Fransiskus menghampiri Putut dan Gora. Momen itu tidak disia-siakan, Putut dan Gora menyalami Paus Fransiskus serta memberinya batik dari Indonesia yang merupakan titipan dari Ketua Forkoma PMKRI, Hermawi Taslim.
Putut dan Gora ternyata lagi sudah menyiapkan secarik kertas yang bertuliskan "Pace Per Il Popolo Indonesiano – La Mia Benedizione, Papa Francesco" (Damai Untuk Bangsa Indonesia – Berkatku, Papa Fransiskus) untuk ditandatangani oleh Paus Fransiskus. Akhirnya Paus Fransiskus pun bersedia menandatangani.
Apa makna dari seluruh perhatian Paus Fransiskus kepada Indonesia (termasuk seakan dengan cepat mengenal warga Indonesia)? Maknanya adalah bahwa Indonesia cukup spesial di mata Paus Fransiskus dan Tahta Suci Vatikan.
Dalam bentuk doa dan dukungan moral, Paus Fransiskus akan terus berharap masyarakat Indonesia tetap menjalani hidup secara aman, toleran dan damai meskipun memiliki latar belakang agama yang berbeda-beda. Maukah Indonesia berharap yang sama? Semoga. Amin.
***