Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Lokasi Unjuk Rasa, Jangan Ada Ajakan Gagalkan Pelantikan Jokowi

25 September 2019   15:59 Diperbarui: 26 September 2019   01:17 1716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah aksi massa pengunjuk rasa di depan Gedung DPR RI kemarin (Selasa, 24 September 2019), di mana mayoritasnya adalah mahasiswa yang berasal dari berbagai universitas atau perguruan tinggi, ternyata pemerintah mengendus sesuatu hal yang tidak beres.

Endusan yang tidak beres itu adalah ditemukannya gerakan-gerakan pihak tertentu yang sengaja mendompleng atau menunggangi aksi unjuk rasa yang tujuan murninya yaitu menolak disahkannya beberapa revisi undang-undang.

Hal itu ditegaskan oleh Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta pada Selasa, 24 September 2019. Yasonna menjelaskan bahwa aksi mahasiswa dimanfaatkan (ditunggangi) untuk menyuarakan kepentingan politik yang tidak benar. Baca ini.

"Kami harus jelaskan dengan baik karena di luar sana sekarang ini isu dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan politik. Saya berharap kepada para mahasiswa, kepada adik-adik, jangan terbawa oleh agenda-agenda politik yang enggak benar," kata Menkumham, Yasonna Laoly.

Siapakah pihak-pihak yang dimaksud pemerintah telah mendompleng aksi massa di DPR? Apakah mereka ikut turun ke lokasi unjuk rasa dan membaur bersama peserta yang kebanyakan mahasiswa?

Sesungguhnya jika 'disisir' identitas para peserta aksi, tidak semuanya mahasiswa, yang belum tentu paham juga apa yang ingin diteriakkan kepada para anggota DPR.

Semoga di tengah kerumunan massa tidak ada sekelompok orang yang memanfaatkan situasi, memprovokasi warga agar mengubah atau memperlebar tuntutan utama terkait pengesahan revisi undang-undang, misalnya diarahkan pada ajakan 'penggulingan' Presiden Jokowi.

Langsung saja, salah satu contoh ajakan penggulingan jabatan Presiden Jokowi yakni seperti yang pernah disuarakan oleh Sri Bintang Pamungkas (SBP) pada 11 September 2019 lalu di depan Gedung DPR. Sila tonton video yang berisi ucapan SBP di sini.

Berikut kalimat awal yang keluar dari ucapan SBP:

"Kita berkumpul begini ini, harusnya setiap hari, dan setiap hari semakin banyak massa yang berkumpul. Semua komponen bangsa dari mana saja diharapkan berkumpul di sini karena kita mau menuntut kepada MPR untuk membuat ketetapan MPR. Satu, kembali kepada UUD 1945 dan cita-cita revolusi. Kedua, kita harus menolak Jokowi dilantik atau dengan kata lain kita menjatuhkan calon presiden terpilih yang curang. Ketiga, membentuk pemerintahan transisi."

Karena link videonya sudah ada, maka penulis tidak perlu menulis seluruh ucapan SBP. Intinya, salah satu misi ajakan SBP adalah menggagalkan pelantikan Jokowi sebagai presiden untuk periode 2019-2024.

Selain menggagalkan Jokowi jadi presiden, SBP juga meminta ada pembentukan pemerintahan transisi. Kepentingan politik siapakah di balik aksi SBP yang konsisten itu? Mengapa SBP selalu meneriakkan ajakan menjatuhkan Jokowi? Tentu cuma SBP yang paling tahu jawabannya.

Penulis berharap orang-orang yang mendengar ucapan SBP di lokasi atau yang menonton videonya tidak terprovokasi. Ajakan SBP sungguh buruk dan berpotensi mengganggu stabilitas politik dan keamanan di negeri ini. Mestinya sepanjang rangkaian aksi unjuk rasa tidak ada yang meneriakkan ajakan serupa.

Semoga pihak berwajib juga segera memproses SBP untuk memberi klarifikasi atas ucapannya sehingga tidak dimaknai liar oleh publik. Jangan sampai SBP yang mengajak, orang lain yang terkena masalah karena langsung beraksi nyata.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun