Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Surya Paloh Tidak Diberi Kabar Finalisasi Kabinet, Ada Apa dengan Koalisi Jokowi?

15 Agustus 2019   04:25 Diperbarui: 15 Agustus 2019   04:32 1880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pertemuan bersama Dewan Pemimpin Redaksi yang digelar kemarin (Rabu, 14 Agustus 2019) di Istana Merdeka Jakarta, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan beberapa hal menyangkut perkembangan terbaru soal pembentukan kabinet pemerintahan di periode 2019-2024.

Ringkasan hal-hal yang diungkapkan Jokowi antara lain sebagai berikut:

Jumlah menteri tidak berubah yakni tetap 34 orang, posisi Jaksa Agung tidak akan diisi lagi oleh kader partai politik, komposisi jatah kementerian dibuat 45:55 (maksudnya 45 persen dari partai dan 55 persen dari non partai), jabatan menteri sebagian diisi oleh kaum muda, serta akan ada kementerian baru dengan nama Kementerian Investasi.

Jokowi juga menyampaikan bahwa nama-nama menteri di kabinet telah final, di mana hal itu sudah diberitahukan kepada semua partai anggota koalisi.

"Kabinet sudah final. Komposisi 45 parpol, 55 profesional. Partai sudah diberitahu nama-nama anggota kabinet," ujar Jokowi.

Betulkah nama-nama menteri telah final? Sudah tidak ada lagi tawar-menawar? Bagaimana dengan nasib beberapa partai penantang di Pilpres 2019 yang sedang bermanuver mau merapat? Apakah status mereka juga sudah jelas?

Kiranya beberapa pertanyaan di atas tidak berguna lagi untuk dijawab kalau Presiden Jokowi sendiri memastikan bahwa memang sudah final. Bahkan beliau sebut pengumuman nama-nama menteri ke publik tidak harus menunggu sampai Oktober 2019.

"Kabinet bisa diumumkan kapan saja, enggak perlu nunggu Oktober. Nama kabinet sudah final," tegas Jokowi.

Selanjutnya, betulkah seluruh partai politik anggota koalisi sudah mendapat kabar mengenai finalisasi kabinet itu? Bagaimana dengan pengakuan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh berikut yang mengatakan bahwa beliau belum mendapat kabar apa-apa?

"Belum (dapat kabar). Mungkin saya, barangkali terakhir kali. Ya nggak apa-apa lah ya," kata Surya (14/8/2019).

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh | cnnindonesia.com/ Abi Sarwanto
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh | cnnindonesia.com/ Abi Sarwanto
Apakah Surya berbohong di hadapan media? Rasanya tidak. Surya juga tidak mungkin sedang bercanda. Kalimat "Ya nggak apa-apa lah ya" menyiratkan bahwa memang beliau sama sekali belum mendapat kabar terbaru.

Dari pengakuannya, pantaskah Surya (dan NasDem) dinilai tengah dirundung pesimisme di kubu koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin? Kok di hampir setiap kesempatan Surya sering mengatakan kalau partainya tidak berharap jatah menteri apa lagi mengemis-ngemis?

"NasDem tidak ada minta-minta. Jadi saya harus lurus, kan tidak pernah kita minta-minta kursi itu. Tergantung Bapak Presiden saja dia perlukan NasDem boleh, tidak diperlukan juga tidak apa-apa," ujar Surya (8/8/2019).

Pernyataan Surya di atas merupakan tanggapan atas permintaan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (di Kongres V di Bali) agar diberi jatah kursi kementerian lebih banyak oleh Jokowi.

Ada apa sebenarnya yang terjadi di kubu koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin? Ada masalah kah? Mengapa NasDem terlihat makin 'aneh' dan cenderung 'murung'?

Diakui atau tidak, entah oleh NasDem maupun Jokowi dan anggota koalisinya yang lain, saya melihat memang ada sesuatu yang kurang beres di sana. Ketidakberesan itu mulai tampak ketika Surya dan Anies Baswedan bertemu di Kantor DPP Partai NasDem (24/7/2019). Di waktu yang bersamaan, Prabowo Subianto dan Megawati juga mengadakan pertemuan serupa.

Ditambah lagi ketidakhadiran perwakilan PDIP saat Surya menginisiasi pertemuan parpol koalisi pada 22 Juli 2019, yang artinya bisa jadi penyebab berlangsungnya pertemuan Surya dan Anies dua hari kemudian.

Apakah koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin retak atau pecah kongsi seperti yang dinilai oleh pengamat politik Jerry Massie?

"Kuncinya sudah mulai tercium keretakan internal bisa ke arah pecah kongsi," ujar Jerry (24/7/2019).

Rasanya saya sependapat dengan Jerry, relasi koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin retak. NasDem sudah tidak nyaman berada di tubuh koalisi. Ya, alasannya persis apa yang dikeluhkan oleh Surya bahwa dia dan partainya tidak ingin Gerindra masuk kabinet. 

Seperti yang diketahui publik, Gerindra memang terlihat mesra dengan PDIP belakangan ini. Maka dari itu Surya ingin kepentingan anggota 'koalisi awal' yang diproritaskan terlebih dahulu ketimbang mengajak partai koalisi lawan masuk ke dalam.

"Tidak kalah pentingnya juga untuk menjaga soliditas. Ini bahkan lebih penting menjaga satu soliditas koalisi dibandingkan sekadar mengajak kawan, sahabat dari luar, barangkali. Mari kita bersama, sebelum kita ajak, kita jaga dulu. Itu saja masalahnya sebenarnya," ungkap Surya (30/7/2019).

Menurut saya wajar Surya 'protes' bergabungnya Gerindra dan kawan-kawan, karena memang sudah cukup banyak partai di koalisi Jokowi saat ini dan harus berebut jatah menteri yang jumlahnya terbatas. Partai koalisi sudah 'berdarah-darah' maka patutlah perjuangan mereka diperhitungkan.

Selain urusan jatah menteri, kekuatan oposisi juga mutlak ada demi demokrasi sehat. Lalu siapakah yang akan mengisi posisi itu kalau bukan Gerindra dan kawan-kawan? Jika semua gabung ke kabinet, yang akan mengkritik kekurangan pemerintah siapa?

Apa pun itu, saya pribadi berharap koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin tetap akur dan kompak, serta Surya segera mendapat kabar finalisasi kabinet. 

***

Referensi: [1] [2] [3] [4] [5]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun