Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapakah "Penumpang Gelap" yang Disebut Gerindra Gigit Jari?

10 Agustus 2019   00:47 Diperbarui: 10 Agustus 2019   00:59 2097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya Partai Gerindra mulai buka-bukaan tentang kondisi yang mereka hadapi sepanjang perhelatan Pilpres 2019. Sikap partai di bawah pimpinan Prabowo Subianto tersebut makin lama makin berubah.

Perubahan sikap Gerindra yang saya maksud adalah salah satunya ingin terbuka tadi, kemudian merenggangnya hubungan mereka dengan partai-partai anggota koalisi pendukung pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandiaga.

Pasca bubarnya koalisi Prabowo-Sandiaga, Gerindra seakan menarik diri dari partai-partai sekoalisi. Mereka tidak ingin lagi saling berkomunikasi, walaupun sebenarnya silang pendapat di antara mereka sudah berlangsung setelah pengumuman hasil Pilpres 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Sikap Gerindra yang berubah menajam usai pertemuan antara Jokowi dan Prabowo pada 13 Juli lalu. Gerindra sudah menampakkan gerak-gerik ingin merapat ke kubu Jokowi. Terbaca dari pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh beberapa kadernya.

Dan menajam lagi setelah Prabowo bertemu Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, selanjutnya juga usai Prabowo menghadiri Sidang Kongres V Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Bali, Kamis, 8 Agustus 2019.

Bahkan ada kabar bahwa Gerindra saat ini tengah menggodok beberapa program yang akan disodorkan kepada Jokowi untuk dipertimbangkan. Mewakili Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad yang merupakan wakil ketua umum mengaku jika penggodokkan program itu adalah permintaan Jokowi sendiri.

Sufmi mengatakan, bila akhirnya Jokowi menyetujui program yang disodorkan Gerindra, maka artinya partai bakal segera mempersiapkan beberapa kader yang akan menanganinya di kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin periode untuk periode 2019-2024.

"Kalau konsepnya diterima, baru kita lihat siapa saja kader yang cocok untuk membantu Presiden Jokowi di pemerintahanya," ujar Dasco di acara diskusi bersama sebuah lembaga survei di Jakarta (9/8/2019).

Ya mudah-mudahan saja betul permintaan Jokowi, diterima, dan pada akhirnya Gerindra bergabung di kabinet.

Namun ternyata bukan cuma tentang penggodokkan program yang dipaparkan Dasco, ada juga hal lain yang ikut diungkap, yang menurut saya seperti membongkar rahasia (jika tidak mau disebut aib) koalisi mereka di Pilpres 2019. Apa itu?

Dasco mengaku ada sekelompok "penumpang gelap" yang setelah Pilpres 2019 sering menyudutkan Gerindra dan Prabowo. Kelompok tersebut berusaha menghasut Prabowo supaya mengorbankan para pendukungnya (ulama dan 'emak-emak') demi menciptakan kerusuhan.

"Sesudah MK masih ada tuh, ada yang ngomong sama Prabowo, 'Pak, kalau mau rakyat marah, ulama dan emak-emak disuruh ke depan biar jadi korban, rakyat marah.' Prabowo pikir, 'Emang gue bodoh? Kan kasihan emak-emak, ulama mau dikorbankan,'" kata Dasco.

Lanjut Dasco, Prabowo kemudian sadar bahwa niat "penumpang gelap" tadi tidak baik, dan oleh sebab itu mereka harus dibuat "gigit jari". Langkah yang diambil Prabowo adalah melarang para pendukungnya melakukan aksi demonstrasi selama sidang sengketa Pilpres 2019 di Gedung Mahkamah Konstitusi, serta membuka pintu rekonsiliasi dengan Jokowi.

"Prabowo jenderal perang, dia sudah baca dalam situasi terakhir. Dia sudah bilang sama kita kalau kita diadu terus, kita terus dikorbankan," lanjut Dasco.

Dasco mengatakan langkah Prabowo tadi tidak diprediksi sama sekali oleh kelompok "penumpang gelap". Prabowo 'banting setir'.

Pertanyaannya adalah, di kubu manakah para penumpang gelap itu berada?

Jelas, berdasarkan paparan Dasco, tidak mungkin mereka berasal dari pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Artinya sebenarnya mereka itu para pendukung Prabowo-Sandiaga.

Lalu bukankah seharusnya Prabowo sejak awal sadar bahwa kelompok yang dia curigai itu adalah penumpang gelap? Mengapa dia masih bersama mereka hingga perhelatan Pilpres 2019 selesai?

Tentu jawabannya, namanya pendukung harus dimanfaatkan.

Kalau betul ada "penumpang gelap", sikap yang diambil Prabowo dan Gerindra dapat dinilai terlambat. Nasi sudah menjadi bubur. Sudah tidak menarik untuk diungkap lagi.

Tapi kok saya ragu ya tentang keberadaan "penumpang gelap" itu? Saya melihatnya sekadar manuver politik Gerindra (lewat Dasco) agar mendapat perhatian dari Jokowi. Betul nggak sih?

***

[1] [2] [3] [4] [5]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun