Ijtima Ulama IV yang digagas oleh Persaudaran Alumni 212 (PA 212) akhirnya terealisasi hari ini (Senin, 5 Agustus 2019). Kegiatan dilangsungkan di Hotel Lor In, Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Jika sebelumnya ada rencana menghadirkan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di acara tersebut, nyatanya tidak. Keduanya diketahui tidak berada di lokasi. Apa pun alasannya, tentu pertimbangan dan keputusan mereka berdua.
Baca: PA 212 Bakal Gelar Ijtima Ulama ke-4, Sikap Resmi Tinggalkan Prabowo?
Pada saat acara dimulai, agenda pertama adalah mendengar ceramah Habib Rizieq Shihab (HRS) melalui rekaman suara yang ditayangkan secara langsung di akun YouTube Front TV di Arab Saudi.
Di ceramahnya, HRS memaparkan banyak hal, yang salah satunya menyinggung persoalan Pilpres 2019 lalu. Dia konsisten pada penilaiannya bahwa Pilpres 2019 dilakukan dengan penuh kecurangan yang terstruktur, sistematis, masif dan bahkan brutal.Â
Menurut HRS, kemenangan umat Islam telah dirampas di Pilpres 2019. Oleh sebab itu dia meminta para pengikutnya tidak putus asa dan terus berjuang memenangkan pertarungan yang lain.
"Karena itu, jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Jangan pernah putus asa dari pertolongan Allah SWT. Itulah pesan Allah dalam Al-Quranul Karim, jangan sekali-kali engkau sekalian putus asa dari rahmat Allah SWT. Jangan khawatir, Allah akan buka baginya aneka ragam jalan untuk menuju kemenangan, satu jalan gagal, jalan lain akan Allah berikan. Satu jalan tertutup, jalan lain akan Allah buka. Satu jalan tidak berhasil, jalan jalan lain Allah siapkan untuk kesuksesannya. Yakinlah akan janji Allah tersebut," kata HRS (5/8/2019).
HRS juga menyampaikan apresiasinya terhadap para ulama dan tokoh yang tergabung dalam Ijtima Ulama, di mana telah berhasil mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) di Pilpres 2019.
Setelah mendengar ceramah HRS, peserta acara kemudian melanjutkan kegiatan. Dari hasil pertemuan, mereka menghasilkan sejumlah rekomendasi, di antaranya adalah seruan menerapkan syariat Islam berdasarkan Pancasila, penegakkan khilafah, dan melawan pemerintahan yang zalim secara konstitusional.
"Ijtima Ulama bahwa sesungguhnya semua ulama ahlussunah waljamaah telah sepakat penerapan syariah, dan penegakan khilafah serta amar maruf nahi munkar adalah kewajiban agama islam. Memperhatikan tambahan, saran masukan peserta ijtimak ulama IV, bahwa melawan kezaliman dan kecurangan di Indonesia harus tetap melalui konstitusional," papar Yusuf Muhammad Martak, Ketua Ijtima Ulama IV (5/8/2019).
Selain itu, rekomendasi lainnya adalah pengusutan atas "Tragedi Mei" yang dianggap sebagai pelanggaran HAM berat.
"Bahwa tragedi berdarah 21, 22 Mei yang menyebabkan ratusan rakyat terluka, ada yang ditangkap dan disiksa, serta 10 orang dibunuh secara sadis dan brutal, 4 di antaranya adalah anak-anak, merupakan pelanggaran HAM berat yang harus diproses tuntas secara hukum, demi tegaknya keadilan," tambah Yusuf.
Lebih lengkap tentang rekomendasi hasil Ijtima Ulama IV, sila baca di sini. Di sana tersaji sebanyak 8 poin penting. Sila berpendapat dan nilai sekian rekomendasi tersebut bakal direalisasikan seperti apa ke depan. Yang jelas dua di antaranya rasanya cukup mengejutkan, yakni wacana penerapan syariat Islam dan penegakkan khilafah di Indonesia.
Apakah seluruh rakyat Indonesia setuju dengan dua rekomendasi tersebut? Betulkah kedua hal itu sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang sejatinya mengakomodasi keberagaman?
Semoga kita tetap hidup rukun sebagai saudara di negeri tercinta ini dengan saling menghargai perbedaan satu sama lain dan tidak memaksakan kehendak.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H