Saya yakin akan semakin banyak anak-anak bangsa berprestasi yang sekelas Nasir, asal biaya yang dibutuhkan untuk masuk di PTN di bawah kepemimpinan rektor impor tadi terjangkau. Amin!
Namun ada satu pernyataan (sebenarnya pertanyaan balik) yang dilontarkan Nasir ketika ditanya:Â Apakah tidak ada orang Indonesia sendiri yang cukup mampu untuk menjadi rektor sehingga harus mendatangkan rektor asing?
Inilah jawaban Nasir yang menurut saya malah merendahkan kemampuan yang dimiliki orang-orang hebat di tanah air:
"Saya mau tanya, rektor mana yang sudah berhasil mengangkat ke kelas dunia? Oleh karena itu, kita selama ini belum bisa men-challenge rektor di Indonesia, belum bisa meningkatkan pe-ranking-an dunia"?
Saya menilai jawaban tersebut merendahkan karena bagaimana pun ada banyak juga tokoh-tokoh kita lulusan luar negeri yang kualitasnya tidak kalah dengan orang-orang asing. Sebut saja Sri Mulyani yang merupakan lulusan University of lllinois Urbana-Champaign, Amerika Serikat, dan beberapa nama-nama lainnya.
Saya justru membayangkan suatu saat jika Sri Mulyani berhenti dari jabatan menteri, dia bisa diangkat jadi rektor di PTN tertentu. Kita coba lihat, apakah dia akan lebih lemah dari orang asing atau tidak.
Atau jangan dulu Sri Mulyani, Nasir sebagai mantan Rektor Universitas Diponegoro, bila tidak terpilih lagi menjadi Menristekdikti, apakah bersedia jadi rektor lagi?
Harusnya Nasir lebih hebat dari rektor-rektor PTN dan PTS yang ada, karena dengan bekal kemampuan mumpuninya kemudian dipilih jadi Menristekdikti oleh Presiden Jokowi di periode pemerintahan 2014-2019.
Maukah Nasir memberi contoh konkret bagaimana menjadi rektor terbaik? Semoga.
***