Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Terkait Permintaan Bantuan Risma, Mengapa Anies Tersinggung?

31 Juli 2019   20:12 Diperbarui: 31 Juli 2019   20:18 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di GOR Rorotan, Jakarta Utara, Senin (29/7/2019) | KOMPAS.com/ NURSITA SARI

Ternyata usulan anggota DPRD DKI Jakarta Bestari Barus agar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) mau 'diboyong' ke Jakarta pada 2022 sampai ke telinga Gubernur Anies Baswedan.

Sebelumnya, beberapa waktu yang lalu ketika beberapa anggota DPRD DKI Jakarta melakukan studi banding ke Surabaya dalam rangka mempelajari cara mengelola sampah dengan konsep intermediate treatment facility (ITF), Bestari berseloroh bahwa dirinya ingin mengajak Risma menyelesaikan berbagai persoalan di ibu kota, salah satunya terkait pengelolaan sampah.

Bestari merasa kagum dengan keberhasilan Risma menangani masalah sampah di Surabaya, meskipun anggaran yang tersedia tergolong sedikit yakni Rp 30 miliar, di banding di Jakarta yang dia ungkap sebesar Rp 3,7 triliun.

"Apakah Ibu Risma mau kita boyong ke Jakarta dalam waktu dekat? Masalah sampah ini bisa terselesaikan kalau di pilkada yang akan datang Bu Risma pindah ke Jakarta," kata Bestari (29/7/2019).

Jika dipahami memang permintaan Bestari dikaitkan dengan perhelatan Pilkada 2022 mendatang. Dan menurut hemat saya wajar-wajar saja hal itu diwacanakan. Toh masa jabatan Anies sebagai gubernur DKI Jakarta akan berakhir di tahun itu. Jadi tidak ada sama sekali niat 'menggusur' Anies di tengah jalan.

Namun faktanya saat mendengar pernyataan Bestari, Anies sepertinya tersinggung dan cenderung membela diri. Anies juga malah menyalahkan para pendahulunya, pejabat gubernur sebelumnya.

"Kita apresiasi pada perhatian dan lain-lain. Kemudian, biarlah Jakarta diurus oleh DPRD Jakarta, oleh Pemprov Jakarta. Jadi, Pak Bestari itu mungkin lagi siap-siap mau pensiun. Sebetulnya Pak Bestari itu menceritakan pengolahan sampah selama ini. Saya sedang mengubah. Sebelum saya bertugas, tidak ada pengelolaan ITF (intermediate treatment facility). Sekarang kita mulai ada ITF, lagi diproses," ujar Anies (31/7/2019).

Selain itu Anies menilai Bestari sedang melakukan serangan terhadap dirinya, dan lupa menyerang gubernur-gubernur terdahulu.

"Pak Bestari itu membicarakan Jakarta yang dia ikut tanggung jawab kemarin. Jadi, beliau suka lupa, maunya nyerang gubernur yang sekarang, lupa ini nyerang gubernur yang sebelum-sebelumnya tuh," tambah Anies.

Pertanyaannya, betulkah Bestari mau menyerang Anies? Bukankah apa yang disampaikan Bestari adalah sebuah fakta bahwa penanganan sampah di ibu kota selama ini kurang maksimal?

Bukankah pula Bestari sebenarnya sedang mewakili pendapat dan keluhan sebagian warga ibu kota? Bestari dan rekan-rekannya kan berstatus sebagai wakil rakyat, jadi pantas saja dia menunjukkan keinginan rakyat.

Mestinya Anies tidak reaktif dan membentengi diri dari kritikan, melainkan berlaku bijak mendengar apa pun yang menjadi kehendak warga. Sebagai pemimpin, dia tidak selayaknya mencari "alibi" supaya terlihat berwibawa dan mampu bekerja.

Faktanya sampai saat ini, harus diakui, penanganan sampah semakin buruk. Urusan sampah bukan hanya bagaimana mengelola, akan tetapi termasuk memastikan agar tidak menimbulkan bencana banjir karena lama menumpuk dan tidak rutin diangkut, terutama di lokasi aliran sungai. 

Sila publik menilai, siapa pejabat gubernur yang nyata berhasil menangani sampah dan mana yang sekadar berangan-angan. Warga sebenarnya tidak peduli bakal dikelola jadi apa sampah-sampahnya, yang penting adalah bagaimana supaya aktivitas keseharian mereka tidak terganggu.

Tidak bermaksud mengungkit kelemahan Anies, beberapa persoalan lain (selain sampah) di ibu kota sesungguhnya belum teratasi sesuai harapan. Misalnya masalah polusi udara. 

DKI Jakarta baru-baru ini konsisten dinobatkan sebagai kota dengan kondisi udara terburuk di dunia. Lalu apa yang dilakukan Anies? Dia malah menyalahkan pihak-pihak lain, antara lain pabrik, kendaraan besar yang melintas di jalan raya, dan sebagainya. Sikap seperti inilah yang sangat disayangkan.

Terakhir, alergikah Anies belajar dari pejabat pemerintah di daerah lain yang berhasil dan berkinerja baik? Apakah Anies takut posisinya sebagai gubernur terancam gara-gara kritikan warga? Harusnya dia santai saja.

Kalau memang akhirnya Anies terbukti mampu memimpin ibu kota, dan selanjutnya berkeinginan mencalonkan diri di Pilkada 2022, tentu rakyat akan punya pertimbangan tersendiri. Bukan tidak mungkin dirinya bakal terpilih kembali.

Selamat bekerja, Pak Anies.

***
Referensi: kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun