Pertama, Abdul Wahid Hasyim (1 Juni 1914-19 April 1953). Wahid Hasyim menjabat sebagai Menteri Agama yang pertama di Indonesia di usia 31 tahun. Ayah dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid ini menjabat di 4 kabinet pemerintahan, yaitu Kabinet Presidensial (19 Agustus 1945-14 November 1945), Kabinet Republik Indonesia Serikat/ RIS (20 Desember 1949-6 September 1950), Kabinet Natsir (6 September 1950-3 April 1951) dan Kabinet Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951-3 April 1952).
Di usia 25 tahun, Wahid Hasyim bergabung hingga menjadi ketua di Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI), federasi organisasi massa dan partai Islam, Selanjutnya pernah menjadi Ketua PBNU, terlibat sebagai anggota anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Wahid Hasyim meninggal dunia di usia 38 tahun (19 April 1953) karena kecelakaan mobil di Kota Cimahi, Jawa Barat.
Kedua, Wikana (18 Oktober 1914-hilang 1966). Wikana menjadi Menteri Negara Urusan Pemuda di usia 32 tahun, yakni di Kabinet Sjahrir II & III dan Kabinet Amir Sjarifuddin I & II (29 Juni 1946-29 Januari 1948).
Keberadaan Wikana hingga kini belum diketahui, yang pasti sudah meninggal dunia karena diduga menjadi korban penculikan dan pembantaian setelah Peristiwa Gerakan 30 September 1965 PKI (G30S/PKI).
Semasa mudanya, Wikana tercatat pernah aktif sebagai anggota Angkatan Baru Indonesia dan Gerakan Rakyat Baru serta Partai Indonesia (Partindo). Selain itu pada saat pembacaan naskah Proklamasi oleh Soekarno di Pegangsaan 65, Wikana yang mengatur segala keperluan, termasuk membujuk kalangan militer Jepang untuk tidak mengganggu jalannya upacara pembacaan teks proklamasi.Â
Ketiga, Soepeno (12 Juni 1916-24 Februari 1949). Supeno menjabat menteri di usia 32 tahun di Kabinet Hatta I meneruskan Kabinet Amir Sjarifuddin II, yaitu menggantikan posisi Wikana sebagai Menteri Negara Urusan Pemuda.Â
Soepeno dikenal sebagai tokoh pemuda di masa pergerakan nasional. Beliau aktif di Indonesia Moeda di Pekalongan, Tegal, Semarang dan Bandung. Pernah juga duduk di Dewan Pimpinan Pusat Partai Sosialis. Beliau meninggal dunia saat masih menjabat menteri, yakni ketika terjadi Agresi Militer II yang dilancarkan Belanda.