Bagi sebagian orang, tentu usulan agar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dipertimbangkan masuk kembali ke dalam kabinet pemerintahan dinilai sebagai sesuatu yang mustahil. Tapi apakah memang demikian?
Kita tahu bahwa di kabinet pemerintahan ada yang namanya dinamika, dan salah satunya adalah perombakan jabatan (reshuffle), ditambah lagi bila terjadi penyusunan struktur kabinet baru.
Pada tahun ini sendiri sedang berlangsung penjaringan calon menteri yang akan mengisi kabinet pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin untuk periode 2019-2024.Â
Meskipun berbagai media melaporkan bahwa Jokowi telah mengantongi beberapa nama potensial, namun kepastiannya belum di dapat. Artinya nama-nama tersebut masih rahasia. Baiklah kita tunggu seperti apa yang bakal terjadi ke depan.Â
Kembali ke awal bahwa saya mengusulkan Anies sebagai calon menteri luar negeri, bukan tanpa alasan. Sekali lagi, orang-orang akan menganggap usulan ini 'ngaco' atau 'ngawur'.Â
Anies masih menjabat sebagai gubernur, dan sampai sekarang juga belum mendapat pendamping (wakil gubernur) semenjak Sandiaga Uno melepaskan jabatan itu kurang lebih sepuluh bulan yang lalu.
Jadi kalau diangkat (lagi) menjadi menteri, kepemimpinan di ibukota bakal mengalami kekosongan. Tapi menurut saya persoalan itu bisa diatasi dengan mudah. Misalnya secepatnya calon wakil gubernur dilantik dan tidak menunggu waktu lama pula langsung menggantikan posisi gubernur.
Selanjutnya gubernur baru (yang sudah dilantik) sesegera mungkin berkoordinasi dengan anggota DPRD untuk menentukan wakil gubernur. Ya, kelihatan berat, namun bukan berarti hal itu tidak bisa dilakukan.
Saya menilai Anies lebih baik dijaring lagi ke istana, walaupun dulu sempat berada di sana sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Potensi yang dimiliki Anies yang jadi bahan pertimbangan. Apa potensi itu?
Anies punya kemampuan dalam berelasi dan pandai berkomunikasi. Selain itu beliau juga lihai mengadakan banyak kerjasama dengan negara-negara lain. Hal itu tampak di setiap aktivitas kunjungannya ke luar negeri.