Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Kabinet Muda" Jokowi Bukan Asal Muda, Ini Maksudnya

2 Juli 2019   17:37 Diperbarui: 4 Juli 2019   15:39 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih (Joko Widodo dan Ma'ruf Amin) baru akan dilakukan pada 20 Oktober mendatang, tapi sudah banyak berseliweran prediksi, opini dan harapan terkait siapa saja yang bakal diangkat menjadi menteri untuk duduk di kabinet pemerintahan. 

Padahal Jokowi dan Ma'ruf Amin belum mengungkap apa-apa tentang hal itu secara jelas. Bahwa pada suatu kesempatan Jokowi pernah membongkar sedikit rahasia, memang benar. Jokowi sempat mengaku akan mengisi kabinet pemerintahannya dengan anak-anak muda.

"Ya, bisa saja ada menteri umur 20-25 tahun, kenapa tidak?," ujar Jokowi.

Dari pengakuan Jokowi inilah akhirnya muncul beragam terkaan, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan tentang sosok-sosok yang dianggap layak. 

Misalnya ada yang menyebut nama Agus Harimurti Yudhoyono (Komandan Kogasma Partai Demokrat), Grace Natalie (Ketua Umum PSI), Tsamara Amany (Ketua DPP PSI), Bahlil Lahadalia (Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia/ HIPMI), hingga Angela Herliani Tanoesoedibjo (puteri pertama Hary Tanoesoedibjo, Ketua Umum Partai Perindo).

Ya tentu para penutur atau penulis yang menggadang-gadang beberapa nama di atas punya alasan. Apa pun alasannya tidak masalah karena di baliknya terkandung harapan, yang barangkali jika sampai ke telinga Jokowi dan Ma'ruf Amin, hal itu bisa jadi bahan pertimbangan.

Umpamanya di samping berusia masih muda, orang-orang tersebut juga dinilai sudah berpendidikan tinggi, memiliki jabatan penting di partai politik, punya perusahaan atau semacamnya, mantan tim sukses, memiliki pengaruh besar di masyarakat, dan sebagainya.

Pertanyaannya, cukupkah beberapa pertimbangan di atas sebagai modal bagi seorang calon menteri? Apa sebenarnya kriteria yang diharapkan Jokowi?

"Saya sampaikan bolak-balik, mampu mengeksekusi program-program yang ada, kemampuan eksekutor yang paling penting. Memiliki kemampuan manajerial yang baik, seperti mengelola sebuah ekonomi, baik ekonomi makro, kemampuan ekonomi daerah, maupun semuanya. Ya, yang lain memiliki integritas, memiliki kapabilitas yang baik," kata Jokowi.

Ringkasnya, kriteria yang dimaksud Jokowi adalah memiliki kemampuan untuk mengeksekusi program secara tepat dan cepat, memiliki kemampuan manajerial, berusia dan berjiwa muda.

Poin terakhir penting, karena tidak semua orang yang berusia muda sudah pasti berjiwa muda pula. Di era globalisasi saat ini, seorang menteri wajib punya karakter optimis, dinamis, fleksibel dan adaptif terhadap perubahan zaman. 

Betul bahwa sekian pertimbangan sebelumnya penting, tapi itu tidak cukup. Bekal pendidikan tinggi serta pengalaman di dunia politik dan bisnis belum cukup jadi modal dalam mengelola pemerintahan. 

Ada banyak orang menyandang gelar macam-macam, namun belum tentu bisa bekerja. Belum lagi yang punya usaha level besar, tapi kepekaan dan jiwa sosialnya lemah. Selanjutnya ada juga politisi kelas kakap, akan tetapi susah diajak bekerjasama.

Mengelola pemerintahan tidak sama dengan mengelola bisnis dan partai politik. Bidang pemerintahan itu penuh pengabdian dan pelayanan. Di sana tidak perlu ada pamer gelar, tawar-menawar kepentingan, atau tarik-menarik kekuasaan.

Yang menjadi fokus pelayanan pemerintah yakni bagaimana supaya negeri ini aman, nyaman, adil dan sejahtera. Seluruh rakyatlah yang dipikirkan, bukan kelompok atau golongan tertentu.

Maka ketika dalam wawancara khusus bersama Harian Kompas hari ini (Selasa, 2 Juli 2019), Jokowi menegaskan bahwa beliau tidak peduli dengan yang namanya label, status dan jabatan politik para calon menterinya.

Jokowi tidak mempermasalahkan apakah para calon menterinya berlatar belakang bidang politik atau tidak. Yang penting bagi beliau adalah para menterinya nanti profesional, dan itu bisa berasal dari kader partai politik serta kalangan (profesional) biasa.

"Kabinet diisi oleh orang ahli di bidangnya. Jangan sampai dibeda-bedakan ini dari profesional dan ini dari (partai) politik, jangan seperti itulah, karena banyak juga politisi yang profesional," kata Jokowi.

Tentu selain muda (usia dan jiwa) dan profesional, para calon menteri Jokowi-Ma'ruf Amin ke depan harus sederhana dan bijaksana, mengapa? Karena mereka akan sekaligus menjadi pemimpin di kementeriannya masing-masing.

Para menteri wajib menjadi teladan yang baik bagi seluruh jajaran staf dan karyawan, dari atas hingga ke bawah.

***

Referensi: kompas.com [1] [2]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun