terorisme yang sedang eksis dan diwaspadai Indonesia adalah Jemaah Islamiyah (JI). Tidak hanya di Indonesia, JI juga menjadi kelompok teroris utama di Asia Tenggara, di mana berafiliasi dengan al-Qaeda. Misi utama JI yaitu menegakkan khilafah di negara-negara yang mereka kuasai.
Salah satu jaringanDalam rangka memuluskan misinya, JI aktif menyebarkan gagasan dan ideologinya melalui pesantren, masjid, lembaga pendidikan, media (misalnya Ar-Rahmah.com), dan penerbit (Majelis Mujahidin Indonesia: Risalah Mujahidin dan Symina). Selanjutnya JI juga memiliki lembaga penelitian dan pendidikan, sayap militer, serta organisasi kemanusiaan dengan nama "One Care".Â
Untuk kegiatan militer, JI diketahui merekrut anggota untuk dilatih dan dikirim ke Suriah menyokong pasukan ISIS. Dan masih banyak informasi lain lagi tentang mereka. Intinya JI sudah menjadi sebuah jaringan terorisme yang cukup rapi dan menyasar banyak lini kehidupan.
Dan ternyata ada informasi terbaru lagi tentang JI, yakni mereka disebut memiliki lahan bisnis yang bergerak di bidang usaha perkebunan kelapa sawit.
Hal ini terbongkar setelah petugas Densus 88 menangkap sekitar lima orang terduga teroris di daerah Bekasi, Jawa Barat pada 29 dan 30 Juni kemarin.
Kelima orang tersebut berinisial PW, MY (isteri PW), BS, A, dan BT. PW sendiri berperan sebagai pemimpin kelompok.
Berdasarkan keterangan pihak kepolisian, PW dan rekan-rekannya punya kebun kelapa sawit, yang mana hasilnya digunakan untuk membiayai kegiatan mereka. Mulai dari biaya operasional, gaji pejabat struktural hingga biaya perekrutan anggota yang dikirim ke Suriah.
"Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan dan Sumatera. Perkebunan sawit itu menghasilkan uang untuk membiayai aksi, juga untuk membiayai organisasi dan juga untuk membiayai gaji daripada pejabat atau orang di dalam struktur jaringan JI. Masih didalami bahwa pejabat-pejabat di dalam struktur organisasi JI. Ini juga digaji, gaji besarannya Rp 10 juta-Rp 15 juta (per bulan)," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri (Karopenmas Polri), Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, Senin (1/7/2019).
JI memang luar biasa. Mereka sudah sampai memikirkan keberlangsungan hidup dan eksistensi mereka ke depan. Sesuatu hal yang selama ini mungkin luput dari dugaan. Mereka berbisnis, dan tidak tanggung-tanggung di sektor perkebunan kelapa sawit. Masyarakat pada umumnya tahu bahwa orang yang bergerak di sektor tersebut adalah pengusaha biasa.
Sekali lagi, langkah dan strategi yang dipakai JI sungguh luar biasa, sekaligus membahayakan. Mengapa?
Karena jangan-jangan perkebunan kelapa sawit yang mereka miliki bukan hanya di dua tempat, seperti yang sudah disebutkan di atas (Kalimantan dan Sumatera). Letak dan luas persisnya pun belum jelas terungkap.
Dengan punya kebun kelapa sawit, artinya para pekerja di sana tentunya masyarakat biasa. Siapa yang bisa menjamin bahwa para pekerja itu tidak mungkin terjangkit virus radikalisme dan terorisme? Semuanya harus ditelusuri lebih lanjut.
Mudah-mudahan dengan pendalaman dan pengembangan yang sedang dilakukan pihak kepolisian, hal-hal yang tidak diinginkan dapat diantisipasi dan diatasi.
Pertanyaan besar selanjutnya yakni, betulkah kegiatan bisnis JI masih terbatas pada usaha perkebunan sawit? Atau barangkali ada ladang usaha lain?
Nah, poin ini mesti dibongkar juga oleh pihak intelijen dan kepolisian. Jangan sampai nanti JI malah menguasai banyak sektor ekonomi di negara kita. Itu sangat mengerikan.Â
Semoga negara ini tetap kuat dan selalu waspada terhadap berbagai ancaman yang merongrong keutuhan.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H