Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ada Aksi "Super Damai" PA 212 Jelang Putusan MK, Upaya Apa Lagi?

24 Juni 2019   16:45 Diperbarui: 24 Juni 2019   17:11 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Bamukmin, Juru Bicara Persaudaraan Alumni 212 (PA 212). Gambar: jpnn.com

Mengapa harus ada aksi massa dalam skala besar? Bukankah pada akhirnya berpotensi menimbulkan kegaduhan baru di negeri ini? Sudah lupakah dengan peristiwa 21-22 Mei lalu yang memakan korban?

Betul bahwa unjuk rasa merupakan hak konstitusional warga negara, akan tetapi aksi menyambut hasil keputusan majelis hakim tidak tepat. Kalau tujuannya untuk menegakkan keadilan dan melawan kecurangan, mestinya hal itu sudah diupayakan selama rangkaian kegiatan persidangan sengketa.

Namun apa pun itu, biarlah aksi massa tetap dilangsungkan. Toh mungkin pihak berwajib telah memberi izin. Yang dipastikan adalah tidak boleh ada aksi anarkis dan menelan korban (materi dan jiwa). Termasuk pula usai aksi terakhir pada 28 Juni, tidak boleh ada lagi aksi-aksi lanjutan. Negeri ini sudah cukup muak dengan yang namanya unjuk rasa, apalagi jika tujuannya tidak jelas dan jauh dari manfaat.

"Rakyat sudah capek dengan kegaduhan politik, apalagi dengan membawa agama," ujar Guru Besar dari UIN Syarief Hidayatullah, Azyumardi Azra (20/6/2019).

Dan yang paling penting lagi yakni semoga majelis hakim melaksanakan tugasnya tanpa merasa terpengaruh atau tertekan. Majelis hakim tidak perlu takut sehingga harus mengabaikan kebenaran dan keadilan yang sesungguhnya.

***

Referensi: [1] [2] [3] [4]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun