Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenaikan Isa Almasih dan Warisan Hukum Kasih

30 Mei 2019   01:58 Diperbarui: 30 Mei 2019   02:31 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: hidupkatolik.com

Yesus paham bahwa setiap manusia adalah makhluk ciptaan dan kesayangan Allah. Oleh sebab itu, tidak boleh ada satu pun dari mereka yang disakiti. Menyakiti sesama berarti menyakiti hati Allah sendiri.

Lalu bagaimana supaya tercipta kedamaian dan sukacita? Yesus menegaskan bahwa masing-masing orang perlu menghidupi "Hukum Kasih", suatu hukum yang jauh melampaui hukum-hukum buatan manusia.

Hukum buatan manusia tidak kenal ampun, cenderung mengabaikan perasaan, dan terkadang malah menimbulkan persoalan baru yang tidak jelas ujung pangkal dan akhirnya.

Bukan berarti Yesus anti terhadap aturan, akan tetapi Ia ingin dalam menjalankannya tetap mempertimbangkan sisi-sisi kemanusiaan. Tidak ada manusia sempurna, dan oleh karena itu jangan pernah memaksakan kehendak agar orang lain berlaku sempurna di mata kita.

"... seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: 'Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?' Jawab Yesus kepadanya: 'Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat 22:35-39)

Dua hukum: mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri.

Mengasihi Allah tidak sebatas berdoa sepanjang hari. Wujud kasih kepada Allah harus dinyatakan dalam aktivitas hidup yang lain, yang tidak hanya dirasakan sendiri, akan tetapi juga sesama. Jelasnya, bagaimana kita mengasihi diri sendiri, seperti itu pulalah kita mengasihi orang lain. 

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuat baiklah kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu" (Luk 6:27-29)

Ternyata Yesus meminta supaya dalam hal mengasihi, tidak memandang kondisi apa pun. Mengasihi tidak boleh mengedepankan "untung-rugi" serta pertimbangan balas dendam. Mengasihi berarti mengampuni dan ikhlas.

"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yoh 15:13)

Semua manusia dianggap Yesus sebagai sahabat. Dan Yesus telah paripurna memberi contoh bagaimana mengasihi sahabat secara total, yaitu sampai mengorbankan nyawa demi mereka. Mengasihi rupanya tidak sekadar menyumbangkan materi dan kata-kata, tetapi seluruh hidup.

Kiranya masih banyak lagi hukum tentang kasih yang diwariskan oleh Yesus. Hukum jenis itu sesungguhnya bukan "klaim" milik Yesus, melainkan panutan hidup yang bersifat universal, ada di ajaran setiap agama.

Apakah kita mau menjadi makhluk ciptaan Allah yang bersedia hidup seturut kehendak-Nya, sekaligus sebagai penyalur berkat bagi sesama? Semoga.

Selamat menghayati "Hukum Kasih". Selamat memperingati Hari Kenaikan Isa Almasih.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun