Sebenarnya beda pendapat di kubu Prabowo-Sandiaga sudah dari awal muncul, bahkan sejak penentuan pasangan capres-cawapres, terutama persoalan dalam memilih sosok cawapres pendamping Prabowo. Pemilihan Sandiaga mengagetkan beberapa partai pendukung. Awalnya bukanlah Sandiaga yang diinginkan mendampingi Prabowo, melainkan seorang ulama. Tapi apa daya, yang dipilih secara tiba-tiba adalah Sandiaga, dan mau tidak mau terpaksa diterima.
Kemudian ditambah lagi dengan misi dari masing-masing partai pendukung yang lebih memprioritaskan kepentingan internalnya, yakni memenangkan Pileg dibanding Pilpres. Dan masih banyak persoalan besar lain yang tidak mungkin dapat diuraikan satu per satu di sini.
Sekali lagi beda pendapat dan haluan di dalam kubu pemenangan Prabowo-Sandiaga sudah lama, maka tidak heran kemudian keadaan rapuhnya semakin hari semakin terasa menjelang pengumuman final KPU.Â
Dan andaikata pun nasib baik memihak Prabowo-Sandiaga, misalnya mereka terbukti memenangkan Pilpres 2019, kerjasama dan koordinasi di antara para pendukung dipastikan tidak akan berlangsung hangat dan mulus.
Oleh sebab itu, daripada saling serang-menyerang dan bantah-membantah, alangkah baiknya bagi BPN dan seluruh pendukung Prabowo-Sandiaga menyatukan kembali sikapnya.Â
Hasil quick count dan Situng sementara KPU agak menyiratkan bahwa yang akan menjadi pemenang adalah pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Maka dari itu mereka harus mempersiapkan diri menerima kenyataan, apa pun yang terjadi beberapa hari ke depan, entah manis atau pahit. Tidak perlu menuduh pihak tertentu dengan segala macam sikap dan alasan.Â
Apalagi jika disampaikan liar, tentu sangat tidak baik. Jangan sampai penilaian buruk masyarakat tertuju kepada mereka. Masyarakat ingin suasana di dalam negeri tetap aman dan damai, termasuk di kubu pemenangan Prabowo-Sandiaga.
***
Sumber: [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]