Penentuan pemenang pasangan capres-cawapres di Pemilu 2019 sedang dalam proses karena penghitungan suara masih berlangsung di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Keputusan finalnya akan segera diumumkan ke publik pada 22 Mei mendatang.Â
Meski demikian, masing-masing kubu pemenangan diketahui telah mendeklarasikan kemenangan dengan caranya sendiri. Ada yang melalui konferensi pers, pesta bersama, dan ada pula dengan cara memasang baliho. Tentu kedua kubu punya alasan mengapa dalam waktu dini melakukan hal itu.
Berdasarkan perkembangan yang ada dari hasil quick count dan rilis update Sistem Perhitungan Suara (Situng) KPU, pasangan capres-cawapres unggul adalah Jokowi-Ma'ruf Amin. Pasangan ini sudah berhasil mengantongi lebih dari 50 persen suara. Selisih suara mereka dengan pasangan Prabowo-Sandiaga mencapai belasan juta.
Refleksi dan Evaluasi
Di samping ajang pemilihan calon pemimpin, pesta demokrasi Pilpres 2019 sejatinya dimaknai sebagai kesempatan untuk menghimpun kebersamaan, persatuan dan persaudaraan di antara sesama anak bangsa.Â
Pilpres 2019 wajib dilalui dengan rasa gembira dan penuh tawa, itulah harapannya sejak awal. Namun faktanya harapan tersebut nyata tidak terealisasi optimal, di baliknya bahkan menyisakan bekas luka dan duka.
Bekas lukanya ialah bahwa ternyata Pilpres 2019 berujung perpecahan karena terbentuknya polarisasi di tengah masyarakat. Masyarakat terbelah menjadi dua kelompok besar yang sama-sama ingin perjuangannya diakui dan dimenangkan, padahal proses terhadap hal itu sudah usai, tinggal menunggu hasil akhirnya.Â
Sampai kapan keterbelahan tersebut selesai, belum dapat dipastikan. Semoga saja setelah pengumuman pemenang Pilpres 2019 digelar, seluruh masyarakat akur dan kembali pada aktivitas awalnya, melakukan hal-hal produktif untuk membangun negeri.
Sedangkan dukanya adalah Pemilu 2019 (Pileg dan Pipres) menelan banyak korban jiwa dan sakit. Ratusan orang meninggal dunia dan kemudian ada juga yang terpaksa mengalami perawatan di rumah sakit.Â
Mayoritas korban yaitu para petugas di lapangan. Beragam pandangan menyebutkan bahwa mereka meninggal dunia atau pun sakit karena kelelahan bekerja, gagalnya fungsi organ-organ tubuh, dan sebagainya.