Di atas disebutkan pengaruh dan masukan keliru dari ibu negara bisa fatal buat negara. Mari bayangkan lagi hal-hal berikut:
Seorang ibu negara tidak mau tahu dengan tugas presiden, bahkan pembicaraan sekecil apapun tentang negara tidak diindahkan. Pokoknya hanya mengurus anak-anak dan rumah tangga saja. Presiden mau curhat dengan siapa kalau bukan terhadap ibu negara? Bukankah presiden bisa stres dan merasa tidak dianggap? Ingat, urusan negara sudah harus masuk ke dalam relasi intim antara presiden dan ibu negara.
Seorang ibu negara kurang cakap dalam berkomunikasi. Misalnya segala rahasia negara dan embrio kebijakan presiden dengan gampang diumbar ke publik. Hal itu bisa membuat negara dalam bahaya dan integritas presiden dipertanyakan.
Selanjutnya, seorang ibu negara punya kecenderungan hidup mewah dan haus harta. Bisa dipastikan mayoritas proyek-proyek pemerintah akan diambil paksa dan diserahkan kepada anak-anak dan para kerabat dekatnya. Kekuasaan presiden akan ditunggangi dan dimanfaatkan untuk meraup kekayaan sebanyak-banyaknya. Berpotensi KKN, bukan?
Dan persoalan lainnya. Intinya jangan pernah remehkan peranan seorang ibu negara. Presiden boleh saja di awal pintar dan bijak, namun jika didampingi seorang ibu negara yang bodoh dan rakus, presiden akan lebih parah dari itu.
Menjadi presiden berat, tapi menjadi ibu negara lebih berat. Harapkanlah ibu negara yang baik, bijaksana dan berpengalaman bagi negeri tercinta. Doakanlah agar Indonesia tetap diberi ibu negara yang sungguh-sungguh menjadi ibu bagi rakyat, bukan "ibu-ibuan".
Catatan: Jangan bayangkan presiden tanpa ibu negara. Kasih sayang buat rakyat akan lebih sedikit.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H