Usai tampil sebagai sosok pemimpin, setidaknya selama tiga tahun berkarya, Yesus diminta oleh para pengikut-Nya untuk secepatnya mendeklarasikan diri di hadapan publik. Yesus diarak dan disambut bagai raja, naik di atas seekor keledai dan melintasi hamparan daun-daun palma yang sengaja ditebar di tengah jalan. Ya, Yesus ingin segera dinobatkan sebagai raja (dunia).
Apakah misi Yesus telah sesuai dengan harapan para pengikut-Nya. Sebagian iya, dan sebagian lagi tidak. Mengapa?
Sepanjang kegiatan pelayanan-Nya, Yesus memang kerap menunjukkan diri sebagai sosok pembebas. Dia sering menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, memotivasi banyak orang, mengkritik banyak hal yang mengekang hidup manusia, dan sebagainya.
Sebagian tidak, karena ternyata Yesus "gagal" menjadi raja. Beberapa hari setelah dideklarasikan sebagai raja, Yesus akhirnya harus mati di kayu salib. Apakah kegagalan itu disengaja oleh-Nya atau karena digagalkan para lawan-Nya, hanya Dia yang paling tahu. Tapi setidaknya, Yesus pernah menyampaikan kepada para pengikut-Nya bahwa kepemimpinan yang Dia hadirkan di bumi bukanlah kepemimpinan khas manusia.
Yesus tidak berkeinginan menjadi raja dunia, melainkan raja kekal. Yesus ingin menghadirkan Kerajaan Allah lewat karya dan pewartaan-Nya. Kerajaan Allah artinya sebuah tempat atau suasana di mana sukacita, kebahagiaan, kedamaian tercipta.
Kita cukupkan membahas tentang kisah Yesus. Semoga tidak ada di antara kita yang berpandangan bahwa kalau salah satu pasangan capres-cawapres nanti gagal, maka itu terjadi karena disengaja sendiri atau mungkin karena digagalkan oleh mereka yang berbuat curang. Mudah-mudahan pandangan seperti ini jauh dari pikiran kita, dan berharap Pilpres berlangsung demokratis.
Ada beberapa pesan Yesus terkait pemimpin dan kepemimpinan.
"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya" (Bdk. Yoh 10:14).
Berbeda dengan seorang upahan, gembala memiliki tanggungjawab besar terhadap domba-domba yang digembalakan. Seorang gembala yang baik suaranya pasti dikenal dan didengar oleh kawanan domba, sedangkan seorang upahan tidak. Apakah pemimpin yang akan kita pilih adalah orang yang hanya ingin didengar tetapi tidak bersedia mendengar?
Seorang gembala yang baik tentu selalu memastikan kawanan domba tidak dalam keadaan haus dan lapar, sedangkan seorang upahan juga tidak. Apakah pemimpin kita ke depan bersedia bekerja keras untuk memakmurkan rakyat atau jangan-jangan hanya ingin meraup harta dan kekayaan pribadi?