Tinggal enam hari lagi, tepatnya pada Rabu, 17 April 2019, seluruh rakyat Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi besar, yaitu Pemilu 2019 (pemilihan presiden dan wakil presiden serta ribuan anggota wakil mereka di parlemen, baik di tingkat pusat maupun daerah). Namanya pesta, Pemilu 2019 harus dirayakan layaknya pesta pada umumnya, di mana di sana hadir kebersamaan, kebahagiaan, kedamaian dan kesejukan.
Karena sebagai pesta bersama, maka tidak ada satu alasan apa pun bagi pihak mana pun untuk tidak mau terlibat, khususnya mereka yang memiliki hak pilih. Semua wajib mengambil bagiannya masing-masing, terkecuali bagi yang sedang sakit parah atau berhalangan berat. Dan supaya dapat menikmati pesta dengan asik, para peserta harus tahu, paham dan melaksanakan apa saja yang menjadi rambu-rambu, prosedur, instruksi dan hal lainnya di lokasi.
Pemilu 2019, waktu bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memilih para pelayannya. Para calon pelayan yang akan dipilih jumlahnya banyak, mencapai puluhan ribu orang. Mulai dari presiden, wakil presiden, anggota DPD RI, anggota DPR RI, anggota DPRD Provinsi dan anggota DPRD Kabupaten/Kota.
Apakah ribuan orang yang akan dipilih adalah orang-orang sempurna? Tentu tidak, mereka semua manusia biasa yang tidak luput dari kelemahan, melengkapi sisi kelebihan yang ada. Dan kewajiban untuk memilih mereka, di samping hak juga merupakan kewajiban para pengguna hak pilih.
Hak-hak yang dimaksud adalah kesempatan untuk menentukan pilihan berdasarkan hati nurani dan tanpa tekanan atau intervensi dari siapa pun, memperoleh perlakukan yang adil dari pihak penyelenggara, mendapat fasilitas dalam menggunakan hak pilih, dan sebagainya. Jadi bukan hak untuk tidak menentukan pilihan. Sekali lagi, karena ini adalah pesta bersama, maka semua wajib aktif terlibat.
Sedangkan kewajiban artinya kesediaan meluangkan waktu, tenaga dan bahkan materi demi kelancaran dan kesuksesan pesta demokrasi. Waktu dan tenaga sudah jelas, dalam satu hari seluruh warga diminta untuk menunda beberapa kegiatan rutinnya seperti di yang dilakukan pada hari-hari biasa. Dan kalau materi bisa berupa biaya yang dikeluarkan pribadi untuk bisa sampai ke lokasi (TPS), pun jika itu termasuk bekal makanan agar tidak kelaparan.
Kewajiban lain adalah kesediaan untuk menjaga keamanan, kenyamanan dan keselamatan diri sendiri, keluarga dan orang banyak. Semua harus mampu menciptakan suasana yang kondusif, tidak boleh membuat keonaran atau gangguan lain yang berpotensi menghambat jalannnya proses pencoblosan hingga penghitungan surat suara di TPS.
Di atas tadi disebutkan bahwa ribuan orang yang akan dipilih adalah mereka yang jauh dari sempurna. Lalu mengapa mereka harus dipilih? Selain karena kewajiban, memberikan kesempatan bagi mereka untuk membuktikan niat setidaknya lima tahun ke depan adalah bentuk apresiasi atas kesediaan mereka untuk mau melayani sesamanya. Tidak semua orang ingin mengabdikan diri bagi sesamanya, maka mereka-mereka yang mengusung diri layak diapresiasi dengan cara mencoblos kertas suara di mana terdapat gambar yang memampang muka mereka.
Lalu kriteria apa yang seharusnya ditimbang oleh para pengguna hak pilih agar kelak suaranya tidak menjadi sia-sia? Ada banyak aspek atau faktor, itu semua tergantung pada keputusan hati para pengguna hak pilih sendiri. Tak satu pun di antara mereka yang dipaksa.
Di sini sedikit diuraikan beberapa hal yang baiknya dipertimbangkan, misalnya kompetensi, rekam jejak, program dan bahkan pula termasuk karakter pribadi tertentu yang melekat di dalam diri para calon.
Namun di atas semuanya itu, kriteria pertama dan utama yang perlu ditimbang sungguh-sungguh oleh para pengguna hak pilih adalah kemauan dan kemampuan para calon untuk menjadi teladan yang baik bagi orang banyak. Para pengguna hak pilih wajib memastikan agar pilihannya tidak mengecewakannya kelak, misalnya karena akhirnya terlibat korupsi, kejahatan kemanusiaan, dan tindakan kriminal lainnya.
Sekali lagi, Pemilu 2019 adalah ajang bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memilih sosok teladan. Sosok yang mau dan mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Setuju?
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H