KMA diketahui lebih paham tentang agama dan ekonomi syariah, selanjutnya Sandi berlatar belakang pengusaha. Meskipun Sandi pernah menjabat sebagai wakil gubernur, namun menurut saya pengalamannya yang singkat di ibukota tidak cukup menjadi modal baginya untuk menguasai tema debat.
Maka pandangan saya, tema-tema debat yang diracik oleh KPU bakal tidak terkupas maksimal. Kedua cawapres pasti hanya akan mengandalkan kemampuan bicara dan gaya tampilan apa adanya. Kalau pun akhirnya ada retorika yang ingin dibangun, tidak mungkin sehebat ketika itu disampaikan oleh dua capres mereka.
Saya memprediksi alur debat berakhir datar. Mengapa saya mengatakan demikian?
Kita tahu bahwa dua cawapres peserta debat berusia terpaut jauh, KMA yang sudah sepuh dan Sandi yang masih tergolong muda. Karena faktor usia inilah yang menurut saya aksi saling menegasi pendapat lawan tidak mungkin terjadi. KMA akan mengambil posisinya sebagai orangtua sekaligus penasihat, dan Sandi yang bakal menjadi "anak manis" dan penurut.
Namun apakah kemungkinan untuk menjadi pemenang di akhir debat tidak diinginkan oleh kedua cawapres? Sangat mungkin. Keduanya tentu akan menggunakan trik khusus dalam meraih keinginannya.
Sandi diketahui sangat fasih berkata-kata. Beliau lihai menyampaikan sesuatu, termasuk ketika hal itu diutarakan kepada orang yang lebih tua darinya. Trik ini sangat mungkin digunakan Sandi untuk menghadapi dan "mengalahkan" KMA. Gaya bicaranya akan "menyihir" KMA supaya setiap pendapatnya diafirmasi.
Sisi gaya dan kefasihan berkata-kata Sandi inilah yang mesti diwaspadai oleh KMA supaya pada saat debat beliau tidak "terkecoh" dan kemudian hanya menjadi teman bicara yang baik atau pun pendengar setia.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H