Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Megawati Ingin Pensiun, Kader PDIP Harus Menjawab

7 Januari 2019   21:00 Diperbarui: 7 Januari 2019   21:18 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prediksi kedua menarik dan bisa saja jadi kenyataan. Penerus Megawati berasal dari luar trah Soekarno. Setiap kali didapuk sebagai ketua umum, Megawati selalu agak "keberatan" atas pilihan para kadernya. "Mengapa harus saya yang selalu dipilih?" Dan kalau saja ada pihak yang berani bertanya balik: "Lalu mengapa Anda tidak mengusung anak atau saudara ibu sendiri?".

Demi kebaikan, kebesaran dan kemajuan partai, jabatan kepemimpinan tertinggi PDI-P harus rela dipercayakan kepada kader potensial dan berpengalaman. Bukan sanjungan, kualitas para kader PDI-P, jika disandingkan dengan kader partai lain, level mereka lebih unggul. 

Terbukti, kader daerah mereka berhasil menjadi presiden: Joko Widodo. Pertama dalam sejarah perpolitikan, kader non pengurus pusat partai dipercaya mayoritas rakyat untuk memimpin negeri. Hal ini merupakan pengakuan besar terhadap PDI-P dan patut dibanggakan.

Terkait penguasaan matang dan implementasi akan Trisakti, Joko Widodo telah membuktikan itu selama 4 (empat) tahun terakhir di masa kepemimpinannya. Melalui Program Nawacita, kedaulatan di bidang politik, kemandirian di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan sudah kian terasa di republik ini. 

Fokus pembangunan yang diarahkannya pada 2 (dua) aspek yakni infrastruktur dan sumber daya manusia adalah paket komplit menuju Indonesia maju. Bukan hanya itu, bersama himpunan "kecebong", Joko Widodo diyakini akan mampu mengantar gerombolan "banteng" meraih impian.

Apa pun jawabannya mutlak hakmu, PDI-P. Selamat berefleksi di usia yang ke-46 ini. Teruslah berjaya!

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun