Kisah Amr bin Ash, seorang gubenur di Mesir, yang bersikap sewenang-wenang terhadap seorang yahudi tua dan miskin. Sang gubernur, ingin menghancur gubuk reyot milik yahudi tua yang berada didepan istana megahnya, untuk pembangunan masjid. Yahudi tua miskin itu menolak, namun Amr bin Ash memaksa merobohkan dengan ganti rugi yang mahal. Merasa tertindas, seorang yahudi tua miskin itu melaporkan ke Amirul Mukminin, Umar bin Khatab. Â Umar pun marah dan meminta Amr bin Ash membatalkan rencananya, dan meminta Amr bin Ash bersikap adil terhadap kaum minoritas.
Pandangan semacam ini, rasanya menjadi penting bagi semua umat beragama, yang mayoritas untuk lebih memasyarakatkan penghayatan ajaran yang memperjuangkan prinsip kemanusiaan. Pandangan Gus Dur terhadap prinsip kemanusiaan sebagai manusia memiliki kenekadan luar luar biasa. Ia mendorong terjaminnya hak bicara, hak politik, dan kebebasan berekspresi, dan perdamaian antarumat manusia. Â Baginya, perbedaan etnik, bangsa, warna kulit, bahasa, profesi, hobi, bahkan agama dan keyakinan merupakan suatu keniscayaan yang perlu dihormati dan dihargai dalam pergaulan antar manusia. Perbedaan merupakan anugerah "kodrati" yang mesti disyukuri dan dipahami sebagai pluralisme sosial atas kemanusiaan.
Intoleransi: Â Terkandung Relasi Kuasa
Munculnya sikap intoleransi antar umat beragama umumnya terjadi karena terkandung adanya relasi kuasa. Sikap memaksakan kebenaran terhadap ajaran lain, karena kuasa atas jumlah yang mayoritas. Mengatasnamakan kebenaran yang mayoritas itulah, kemudian memaksakan kehendak untuk umat minoritas mengakui kebenaran yang sama.
Uniknya bahkan sikap intoleransi antar umat beragama juga muncul karena adanya arogansi ekonomi. Sikap memaksakan kehendak terhadap keberadaan ajaran lain karena kuasa atas ekonomi. Artinya kemampuan atas harta dan kekayaan yang dimiliki untuk membiayai semua kebutuhan yang diperlukan menjadi kekuatan untuk memaksakan kehendak untuk mencapai tujuan. Beberapa kasus terjadinya konflik antar umat beragama atau konflik antar etnik karena diawali adanya arogansi ekonomi. Â Â
Dalam konteks itulah, perbedaan bukanlah sesuatu yang dilarang oleh agama, yang dilarang oleh agama adalah lahirnya perselisihan yang kemudian terjadi perpecahan akibat adanya arogansi karena perbedaan. Gasasan pluralisme Gus Dur memiliki tujuan utama yaitu menghadirkan kesadaran akan hidup harmonis dalam kemajemukan. Jika keanekaragaman dikelola dengan baik dengan kesadaran yang tumbuh antar masyarakat dalam satu rumah maka akan memunculkan rasa saling menghargai dan menghormati sehingga harmonisasi dapat terwujud.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H