Mohon tunggu...
Farah Fauzia Ismail
Farah Fauzia Ismail Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi UNISBA Bandung

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gangguan Schizophrenia

26 Desember 2013   22:37 Diperbarui: 4 April 2017   18:23 12491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Gambaran Klinis Schizophrenia

Scizophrenia adalah gangguan jiwa dengan gejala utama berupa waham (keyakinan akan suatu hal yang sebenarnya tidak pernah terjadi atau tidak nyata) dan halusinasi (keyakinan bahwa penderita melihat atau mendengar sesuatau yang sebenarnya tidak ada atau tidak nyata). Adapun 3 simptom negatif yang diakui DSM-IV sebagai inti dari scizophrenia adalah :

-Affective Flattening : Hilangnya respons-respons emosional terhadap lingkungan. (ekspresi wajah yang tidak pernah berubah untuk waktu yang lama, berbicara dengan nada yang monoton, tidak ada kontak mata ketika berbicara dengan orang lain).

-Alogia : Berkurangnya bahkan hilangnya aktivitas berbicara. (penderita tidak menunjukkan inisiatif untuk berkomunikasi dengan orang lain, jika ditanya penderita akan menjawab dengan singkat/jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan).

-Avolition : Ketidakmampuan untuk bertahan dalam melakukan aktivitas yang mengarah pada tujuan, baik dalam masalah pekerjaan, sekolah, dll. (penderita dapat duduk sepanjang hari tanpa meakukan apapun, menarik diri dari lingkungan sosial, terisolasi secara sosial).

Terdapat 3 tipe schizophrenia :

·Tipe paranoid (Pikiran-pikiran yang absurd/tidak ada pegangan, tidak logis, delusi berganti-ganti, tidak dapat diduga, perasaan yang berlebihan mengenai pentingnya kebesaran, kekuasaan, pengetahuan, atau identitas diri mereka).

·Tipe katatonik (Penarikan diri dari lingkungan sosial yang bersifat ekstrim, yang paling sering adalah gerakan diam untuk jangka panjang).

Beberapa penderita yang suggestible/mudah disugesti secara otomatis mengikuti perintah atau menirukan tingkah laku/echopraxia atau menirukan kata-kata orang lain/echolalia-Hendro Prakoso Budisantoso, 1997).

·Tipe disorganisasi (hati-hati yang berlebihan, atau terpaku pada masalah-masalah religius dan filosofis. Tipe ini tidak memiliki bentuk delusi atau halusinasi yang jelas, pikiran dan tingkah lakunya sangat tidak terorganisir/disorganized. Misalnya : cara bicara yang sulit dipahami, tidak sistematis, emosi yang meledak-ledak seperti tiba-tiba tertawa atau menangis).

Kriteria Schizophrenia dalam DSM-IV-TR

-Terdapat dua atau lebih simptom-simptom berikut ini dengan porsi waktu yang signifikan selama sekurang-kurangnya satu bulan: waham, halusinasi, disorganisasi bicara, disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik, simtom-simtom negatif.

-Keberfungsian sosial dan pekerjaan menurun sejak timbulnya gangguan.

-Gejala-gejala gangguan terjadi selama sekurang-kurangnya enam bulan ; sekurang-kurangnya satu bulan untuk simptom-simtpom pada poin pertama dalam bentuk ringan. Selebihnya simptom-simptom negatif atau simptom lain pada poin pertama dalam bentuk ringan.

Faktor-Faktor Penyebab

Faktor Keturunan : Adanya lebih banyak gen yang terganggu meningkatkan kemungkinan berkembangnya schizophrenia dan meningkatkan keparahan gangguan tersebut.

Struktur Otak Abnormal : Sejak dahulu para ilmuan meyakini ada yang berbeda pada otak orang-orang dengan schizophrenia. Struktur utama otak yang abnormal sesuai dengan schizophrenia adalah pembesaran ventrikel (enlarged verticle). Ventrikel adalah ruang yang berisi cairan di dalam otak. Pembesaran ini memicu terjadinya atropi (berhentinya pertumbuhan) dan deteriorasi di jaringan otak lainnya. Orang-orang schizophrenia dengan pembesaran ventrikel cenderung menunjukkan penurunan fungsi sosial, emosi dan perilaku, lama sebelum mereka mengembangkan simptom utama atau inti (core symptom) dari schizophrenia.

Komplikasi Kelahiran : Komplikasi yang serius selama periode prenatal dan masalah-masalah berkaitan dengan kandungan pada saat kelahiran merupakan hal yang lebih sering terjadi dalam sejarah penderita schizophrenia.

Perspektif Lintas Budaya : Kultur (budaya) sangat beragam dalam menjelaskan schizophrenia. Terdapat keyakinan bahwa gangguan disebabkan gangguan biologis yang bercampur dengan stress, kurangnya pengetahuan spiritual dan dinamika keluarga.

Neurotransmitter : Neurotransmitter dopamine dianggap memainkan peran dalam schizophrenia (Conklin & Lacono, 2002). Teori awal dari dopamine menyatakan bahwa simptom-simptom schizophrenia disebabkan oleh kelebihan jumlah dopamine di otak, khususnya di daerah lobus frontalis dan sistem limbik.

Pandangan Teori

§Psikodinamika

Para ahli teori psikodinamika terdahulu menganggap bahwa schizophrenia adalah hasil dari berbagai pengalaman negatif yang terjadi pada masa awal kehidupan (early childhood) antara seorang anak dengan pemberi kasih sayang utama (biasanya ibu).

Sekarang banyak penelitian mengenai interaksi keluarga dan schizophrenia yang memfokuskan pada berbagai stress keluarga yang dapat meningkatkan atau mengurangi gangguan schizophrenia.

§Perspektif Kognitif dan Perilaku (Cognitive and Behavioral Perspective)

Behaviorisme menganggap gangguan ini diakibatkan oleh pola asuh yang salah yang membuat penderita tidak tahu cara merespon suatu stimulus yang secara sosial dapat diterima. Sedangkan beberapa ahli kognitif menganggap bahwa penurunan (deficit) secara fundamental dalam persepsi dan atensi memiliki dasar-dasar biologis.

§Perspektif Belajar (Learning Perspective)

Ullman & Krasner menganggap penderita schizophrenia ini mungkin tumbuh dalam lingkungan nonreinforcing karena pengaruh pola keluarga yang terganggu atau pengaruh lingkungan lainnya.

Sedangkan menurut Sullivan penderita schizophrenia diakibatkan oleh  adanya penolakan sosial karena label “aneh” dari oramg-orang sekitar.

Pola perilaku “aneh” ini dapat diperkuat oleh reinforcement yang tidak sengaja diterima dari lingkungan dalam bentuk perhatian dan ekspresi simpatik.

§Faktor Psikososial

Faktor psikososial menunjukkan adanya kerawanan faktor herediter  yang semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orangtua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga.

Prevensi

-Pencegahan Primer

Dilakukan dengan cara mendorong perkembangan kesehatan dan perilaku penanganan yang efektif baik pada taraf biologis, psikososial dan sosiokultural. (contoh : pemeliharaan kesehatan, pemeliharaan prenatal dan pascanatal dan pendidikan kepada masyarakat mengenai kesehatan mental).

-Pencegahan Sekunder

Prevensi taraf ini lebih menekankan pada deteksi dini dan pengenalan penanganan perilaku maladaptif dalam keluarga dan komunitas.

-Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan setelah gangguan muncul, pencegahan ini lebih melibatkan dukungan dan penanganan yang tepat kepada pasien dengan maksud mencegah gangguan menjadi kronik dan memungkinkan individu kembali pulang secepat mungkin.

Contoh Kasus

Joe adalah siswa yang baik di sepanjang masa SMA-nya. Ia anggota tim futbol, mempertahankan ranking yang bagus dan mendapatkan pujian pada tiap semesternya.

Ia ramah dan populer. Menjelang akhir semester pertama di maktab (college)-nya, semuanya mulai berubah. Joe tak lagi makan bersama dengan kawan-kawannya, pada kenyataannya ia mulai berkurung diri di dalam kamarnya. Ia mulai mengabaikan kesehatan pribadinya dan berhenti menghadiri kuliah. Joe mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan harus membaca kalimat yang sama secara berulang-ulang. Ia mulai percaya bahwa kata-kata dalam naskah bukunya memiliki makna yang khusus baginya dan dengan sesuatu cara memberitahukannya sebuah pesan untuk menjalankan sebuah misi rahasia. Joe mulai menyangka bahwa kawan sekamarnya bersekongkol dengan telepon dan komputernya untuk mengawasi kegiatannya. Joe menjadi takut jika kawan sekamarnya tahu akan pesan dalam naskah bukunya dan kini mencoba untuk menipunya. Joe mulai percaya teman sekamarnya dapat membaca pikirannya, pada kenyataannya siapapun yang ia lewati di aula atau di jalanan dapat mengatakan apapun yang ia pikirkan. Saat Joe sedang sendirian di kamarnya, ia dapat mendengar bisikan mereka yang ia percayai sedang mengawasinya. Ia tak dapat memastikan apa yang mereka katakan tapi ia yakin bahwa mereka membicarakannya.

Daftar Pustaka

Nolen, S.&Hoeksema.Abnormal Psychology (4th edition). New York: Mc Graw Hill.

Nevid, J.S; Rathus, S.A; Greene, R.A. (2000). Abnormal Psychology In A Changing World (4th edition). New Jersey : Prentice Hall.

Wiramihardja, S.A. (2007). Pengantar Psikologi Abnormal (Cetakan Kedua). Bandung : Refika Aditama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun