Mohon tunggu...
Tubagus Y. Ahdiat
Tubagus Y. Ahdiat Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Manusia Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

40 Tahun Lebih Jadi Vegetarian

10 Juli 2013   23:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:43 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SETIAP lebaran tiba, dahulu sewaktu kecil, hati saya selalu mendua. Saya gembira karena pada hari kemenangan itu saya berkesempatan memakai baju baru. Tetapi, meminjam istilah saat ini, saya juga galau. Penyebabnya adalah ketidaksanggupan saya mencium aroma khas daging.

Harap maklum, bagi keluarga kami, daging adalah makanan langka sekaligus mewah. Karenannya paling sering munculnya setahun sekali, yah pas lebaran itu. Asal tahu saja, itu juga biasanya dipaksakan, minimal sudah disiapkan berbilang bulan sebelumnya.

Carannya, almarhum ayah saya sengaja memelihara beberapa ekor ayam untuk dipotong ketika menjelang lebaran. Atau, kadang-kadang, ayah ikut arisan potong kerbau bersama warga di kampung. Walhasil, kalau tidak opor ayam, sesekali keluarga kami juga menyate daging kerbau.

Bagi kelima kakak-adik saya, ritual tahunan menyantap daging itu tentu saja menjadi salah satu peristiwa yang ditunggu-tunggu. Tetapi, bagi saya, tak ubahnya sebuah bencana. Jangan lagi ikut memakan, mencium baunya saja --maaf-- saya seringkali muntah.

Makanya, ketika masih duduk di sekolah dasar itu, setiap lebaran saya selalu memisahkan alat-alat makan sendiri. Misalnya, saya memisahkan piring, sendok, dan gelas sendiri yang tidak boleh dipakai orang lain. Saya bahkan punya kebiasaan mencium terlebih dahulu alat-alat makan yang akan saya pakai. Hidung saya begitu sensitifnya membaui aroma daging.

Saya tidak tahu persis mengapa saya tak menyukai segala jenis daging. Tetapi ketidaksukaan pada daging ayam, bebek, kerbau, kambing, sapi, dan daging hewan lain termasuk produk olahannya itu terus berlanjut sampai sekarang, sampai usia saya lebih dari 40 tahun.

Memang saya bukan vegetarian murni, karena saya masih menyantap ikan juga telur.  Hanya saja sumber utama protein dalam makanan saya berasal dari tumbuh-tumbuhan (nabati). Meski demikian, sejauh ini saya tak merasakan akibat negatif sebab tak mengkonsumsi daging.

Malah, sekadar info, saya termasuk orang yang jarang sekali sakit. Maksimal flu, pilek dan sebangsanya. Dan  hebatnya, tiap kali berkesempatan melakukan medical check up, hasil pemeriksaanya selalu menggembirakan. Kondisi fisik dan psikis saya sehat walafiat.

Itulah mengapa, saya akan meneruskan untuk tak mengkonsumsi daging juga produk olahannya sampai kapanpun. Meskipun kedua putri saya sering menggoda dan menyodor-nyodorkan daging rendang kesukaanya ke mulut saya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun