Mohon tunggu...
Tubagus Urif
Tubagus Urif Mohon Tunggu... Novelis - Penulis biasa aja

Hello I'am Tubagus, udah gitu aja

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Gugur Hujan

1 Desember 2019   13:58 Diperbarui: 1 Desember 2019   13:57 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : album pribadi penulis

Gugur Hujan..

Hujan telah meneteskan air matanya

Daun kering bertebaran itupun basah bersamanya

Pohon tak berdaun seakan mendadak lapuk dan tunduk

Bau hujan yang menyirami tanah pun tercium riuk..

Aku yang termenung senyummu

Tiba tiba menangis semu

Aku tak melihat lagi bayang2

Hanya ada kau yang terlihat semakin menghilang

Aku sudah tak tau lagi harus mencari kemana

Hutan dan lautan ku lewati

Setiap story dan pencarian ku sambangi

Hasilnya begitu nihil

Aku masih saja tetap menangis..

Masih saja begini..

Dalam kesunyian aku bertanya

Dalam hening aku menyapa

Dalam malam ku lantunkan doa

Mencari jawabanmu

Eh bukan mencari ketulusanmu..

Ah sudahlah biar saja..

Gugur..

Daun runtuh itupun terus basah bersamanya

Hujan terus meringik pilu atas luka darinya..

Diri ini mulai merana berkat darinya..

Rasa yang pernah di ujung tanduk..

Berbalik arah menunduk..

Apakah kau sudah lupa

Dimana senyummu yang ku sapa baik

Kini sikapmu berbalik meringik

Apakah kau sudah lupa

Atas kebahagiaan yang kita ciptakan

Lalu kau pergi meninggalkan kenangan

Begitu sunyi diri ini

Nada penging menguji diri

Kesal dan seolah geram terhadapmu

Namun semua mengalahkan cinta

Yang memekik hatiku

Aku gila atau memang bego

Begitu menikmati rasa yang hancur ini

Menikmati setiap rasa yang kau buat

Tanpa pertimbangan luka 

Tanpa memikirkan hal duka

Cinta itu ku beri cuma cuma

Janji itu ku beri dalam bingkisan yang rapih

Namun kini kau minggir dan jauh menepih..

Yah puisiku jadi hancur

Akibat lukamu yang menjulur

Aku tak bisa berbuat apa apa

Hanya salam hatiku terakhir menyapa

Aku tak mengerti harus bagaimana

Hanya ucap terakhirku semoga kau bahagia..

Selamat jalan..

Bait arsipku..

Karena kita bait yang terangkum dalam waktu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun