Mohon tunggu...
Tubagus M Naufal D
Tubagus M Naufal D Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Singaperbangsa karawang.

Mengikuti jejak Kakek, menulis untuk cegat pikun dini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Candu yang Aneh

29 September 2023   17:55 Diperbarui: 29 September 2023   18:03 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru saja saya pulang ke rumah, setelah hampir 2 minggu menetap di Karawang lantaran perkuliahan yang sangat sibuk akhir akhir ini. Di perjalanan pulang dari Karawang ke Bogor, entah kenapa kepala ini sangat berisik, banyak sekali yang terpikirkan selama perjalanan. Sebenarnya hal itu sengaja saya lakukan untuk mencegah kantuk di kendaraan, namun entah mengapa hari ini lebih berisik dari biasanya.

Di perjalanan saya melihat jembatan yang pagar pembatasnya dibuat tinggi, saya menduga jika itu dibuat untuk jaga-jaga mencegah tindakan bunuh diri. Namun setelah dipikir-pikir kembali, sepanjang jalan juga banyak "fasilitas" bunuh diri lainnya sebetulnya, tapi kenapa hanya jembatan itu saja yang dipagari sangat tinggi. Hal itu membuat saya berpikir, bukan menyalahkan pemerintah karena tidak becus mengelola sarana dan pra-sarana, tetapi berpikir jika begitu banyaknya celah untuk manusia melakukan tindakan bunuh diri, namun hanya segelintir orang yang melakukannya. Apakah mereka sudah nyaman dengan kehidupannya sebagai manusia? apakah mereka tidak lelah dengan semua permasalahan di hidupnya? bukankah lebih enak jika kita mati saja?

"Terang selalu dirindukan gelap, tenang selalu dirindukan resah" begitulah kiranya penggalan lirik dari lagu yang berjudul Panasea dari band Rumah Sakit. Kembali lagi kepada mengapa manusia sangat nyaman untuk terus hidup, padahal banyak sekali permasalahan yang ada di kehidupan mereka masing-masing yang saya yakin juga belum semua masalah di hidup mereka selesai. Saya teringat dengan perkataan dari salah satu Kakak Tingkat atau biasa disebut Kating, dia pernah berkata "Patah hati itu sebenernya candu tau,  gw kadang kadang kangen sama rasa patah hati" sepenggal kalimat itu mungkin bisa menggambarkan jika ada loh! ternyata orang yang suka dengan rasa sakit.

Entah itu sebuah keanehan atau tidak, tetapi jika dipikir pikir memang rasa sakit yang dialami manusia adalah sebuah candu. Kita terus menerus merasakan rasa sakit, terus menerus nge-tweet di aplikasi yang sekarang bernama X hanya untuk sekedar curhat, dan masih banyak lagi hal-hal yang manusia lakukan ketika mereka sedang merasakan rasa sakit. Terus menerus kita merasakan rasa sakit itu, tetapi mengapa kita juga memilih untuk terus hidup, secara tidak langsung itu membuktikan jika sebetulnya kita nyaman dengan rasa sakit.

Lagi dan lagi saya mengutip salah satu lirik lagu "Begitu indahnya kesedihan, mengapa baru bilang sekarang?" lirik yang sangat menggambarkan jika penulis lirik itu pun akhirnya menyadari jika indahnya sebuah kesedihan.

Mungkin memang manusia dirancang memiliki kemampuan khusus untuk mentolerir rasa sakit yang dialami mereka, rasa sakit yang dapat ditolerir itu menimbulkan rasa candu akan rasa sakit yang mereka alami. Mungkin jika kehidupan ini berjalan lurus-lurus saja akan sangat membosankan untuk menjalani kehidupan ini, namun karena ada rasa sakit hidup ini bisa terasa begitu indah dan candu dengan kehidupan yang kita jalani sekarang dengan segala rasa sakit dan kesedihan yang melanda semua individunya.

Kembali lagi pada paragraf awal, dengan sebegitu banyaknya cara kita untuk bunuh diri namun kita memilih untuk terus hidup dan merasakan semua rasa sakit dan sedih yang ada di dunia. Ternyata begitu kuatnya kita menahan dan metolerir rasa sedih dan malah membuat candu dengan kesedihan yang kita alami. 

Bogor, 28 September 2023.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun