Kemajuan teknologi yang diiringi dengan kebiasaan baru anak-anak Indonesia yang lebih akrab dengan permainan game pada gawainya masing-masing membuat kebiasaan menulis, ataupun menggambar lewat coretan tangannya menjadi semakin tertinggal dibanding negara lain.
Kebiasaan yang mulai hilang semakin diperparah dengar minimnya masyarakat Indonesia pada minat membaca, data UNESCO menyebutkan minta baca Indonesia hanya sebesar 0,01 % atau hanya 1 berbanding 10.000.
Kondisi ini menjadi perhatian Standardpen dengan mengembalikan semangat anak-anak sekolah dan guru kembali pada kebiasaan lama yaitu menulis dengan tangan yang dapat mengasah kinerja otak, demikian disampaikan CEO Standardpen: Megusdyan Susanto.
Â
Â
Kedatangan Standardpen mengunjungi pesantren kali ini baik di Serang maupun di Pandeglang (keduanya berada di Provinsi Banten) selain mengembalikan semangat menulis juga mengajak kembali menggiatkan kebiasan pesantren yaitu menulis jurnal santri dengan mengajak semua stakeholder pesantren baik itu guru/ustadz dengan menggiatkan kembali menulis dan mengupayakannya dengan SATU HARI SATU LEMBAR.
Program "Satu Juta Bolpoin Untuk Anak Indonesia" yang dilakukan oleh Standardpen Indonesia lewat ajakan menulis surat dengan tangan layak mendapatkan apresiasi yang luar biasa, karena akan memberikan manfaat besar bagi perkembangan otak kanan dan kiri anak Indonesia sekaligus memberikan dampak positip bagi anak Indonesia.
Â