Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Libur Sekolah Berjualan Ayunan Tali/Hammock

3 Januari 2014   15:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:12 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_303505" align="aligncenter" width="576" caption="Aip Apriliawan (kaos biru merah) mengisi liburan sekolah dengan berjualan Ayunan Tali/Hammock (dok. pribadi)"][/caption] Berbeda dengan temannya yang sibuk memanfaatkan waktu liburan dengan pergi piknik atau jalan-jalan ke mall, Aip Apriliawan murid kelas 5 (lima) SDN Kabayan 3 Pandeglang Banten justru sibuk manghabiskan waktu liburan sekolah dengan berjualan ayunan yang terbuat dari potongan tali/kain (Hammock) yang berlokasi di jalur Jaqlan raya Pandeglang -Rangkasbitung, tepatnya di kampung Tenjolaya, Pandeglang. Berbekal rasa kagum melihat entrepeneur cilik tersebut, saya menepikan kendaraan sepulang mengantar istri dari pasar dan adu tawar dengan pebisnis cilik tersebut. Aip Apriliawan mulai membuka harga dengan Rp. 55.000 untuk ayunan/hammock kecil dan Rp. 75.000 untuk berukuran besar. Saya pun menawar yang kecil dengan langsung menawar Rp. 30.000,-  yang ahirnya setelah saya berlagak berdebat sambil mengetes kemampuan dia berjualan disepakati harga ayunan tersebut pada harga Rp. 35.000. [caption id="attachment_303508" align="aligncenter" width="480" caption="Aip Apriliawan (siswa kelas V SD) adu tawar dengan Istri (dok. pribadi)"]

13887333691881196376
13887333691881196376
[/caption] Saya keluarkan Rp. 50.000 dan menyuruh Aip untuk menyimpan sisanya sebagai bonus kekaguman saya pada keuletan dia berjualan di saat liburan sekolah. Aip Apriliawan tampak kaget terlebih lagi istri melihat tindakan saya tidak mengambil kembalian setelah melihat saya adu argumen menawar harga tadi. Berulangkali Aip mengucap terima kasih dan memandangi saya dengan tatapan cerah di wajahnya, sesuatu yang membahagiakan hati saya. Sementara istri di atas motor sibuk mengucap kata aneh melihat tindakan kecil saya tadi. Sambil menyetir motor saya terangkan maksud  ngotot menawar tadi adalah sebatas mengetes kemampuan April berjualan, lebihnya adalah bonus kebanggan saya melihat anak seusia siswa sekolah dasar yang rajin memanfaatkan waktu liburannya. [caption id="attachment_303552" align="aligncenter" width="640" caption="Sepertinya saya kenal pembeli ini :) :) (dok.pribadi)"]
1388738594939002217
1388738594939002217
[/caption] Memiliki mental seorang entrepreneur saya yakini bukan sesuatu yang mudah, saya sendiri belum tentu memiliki mental itu. Secara tidak sadar seorang anak SD berusia 10-11 tahun seperti Aip dikondisikan oleh keadaan ekonomi orang tuanya mendorong dirinya untuk terlatih memiliki mental yang mandiri, kreatif, inovatif danbertanggung jawab serta tak kenal menyerah. Suatu mental yang ada dan harus dimiliki oleh mereka yang mau terjun menjadi seorang entrepreneur sejati. Saya yakin dengan memiliki jiwa entrepreneur sejak dini akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, mampu berpikir kreatif dan inovatif, serta lebih menghargai uang dan barang. Mengenal akan arti susahnya menghasilkan uang, dan ini sudah tertanam secara tidak sadar oleh Aip Aprilian si pedagang ayunan tali. Banyak ketakutan dialami oleh orang tua menengah ke atas dalam memberikan kesempatan kepada anaknya untuk belajar menjual atau menghasilkan uang karena alasan takut anaknya mata duitan, padahal saya yakin dengan mengajarkan anaknya terjun belajar menjadi kidpreneur akan melatih dirinya kelak untuk menjadi entrepeneur sejati dikemudian hari Saya tiba-tiba jadi ingat bulan puasa lalu habis dimarahi keluarga karena menyuruh anak lelaki saya berjualan kolak di depan sekolah sebagai pengisi waktu ngabuburit...., karena alasan tak masuk akal.

Salam kompasianer dan selamat beraktifitas.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun