[caption id="attachment_311869" align="aligncenter" width="576" caption="Fotografer sedang beraksi mengambil gambar wisudawan beserta keluarganya"][/caption]
Tidak ada data pasti, sejak kapan kehadiran fotografer amatir muncul pada setiap kesempatan wisuda; mulai wisuda TK hingga wisuda perguruan tinggi, bahkan mereka kini merambah pula pada setiap acara kelulusan tingkat pelajar SD-SMP hingga SMA.
Acara kelulusan sekolah hingga wisuda merupakan momen penting bagi fotografer amatir ini untuk mengais rizki di berbagai sekolah dan perguruan tinggi. Berbekal kamera yang justru biasa dipakai fotografer profesional dan printer untuk mencetak foto serta background gambar tumpukan buku mirip di perpustakaan, mereka bergerak mobile ke berbagai tempat untuk berburu objek foto.
[caption id="attachment_311879" align="aligncenter" width="536" caption="Berbekal backround "]
Untuk memperbesar omzet, fotografer amatir ini tak segan-segan mengambil gambar acak siapa pun terutama wisudawan yang tengah bersiap mengikuti acara wisuda atau keluarga dari wisudawan. Hebatnya lagi walau mengambil foto secara acak dan dengan tanpa sepengetahuan objek foto, mereka mampu menghafal muka dari keluarga wisudawan, sehingga saat acara selesai mereka akan datang menghampiri keluarga wisudawan dan merayunya untuk menebus foto yang diambil diam-diam.
[caption id="attachment_311880" align="aligncenter" width="504" caption="foto wisudawan yang diambil secara acak"]
Tentu saja karena diambil tanpa persetujuan wisudawan dan keluarganya acap kali mereka bertengkar omongan dengan orang tua atau keluarga wisudawan yang menolak menebus foto yang mereka ambil tanpa permisi terlebih dahulu.
Tak sedikit pula ada yang nakal dengan sedikit mengancam akan mempublikasikan foto yang mereka ambil bila tidak ditebus dan ini terjadi saat istri saya disodori foto anak perempuan saya yang diwisuda kemarin pada hari Kamis, 13/2/2014. Setelah dihampiri dan berbalik digertak bahwa profesi saya adalah wartawan dan akan dilaporkan pada petugas hukum bila tetap memaksa untuk menebus foto yang diambil dalam jumlah banyak, mereka pergi menjauh setelah istri sempat membeli pula hasil karyanya berjumlah 5 buah dengan harga Rp 50.000, dari 15 foto yang dipaksakan untuk ditebus semua oleh istri. "Kompasianer diancam": dumel saya yang sempat ditertawai istri karena keseringannya ia mendengar kata kompasiana/kompasianer dari mulut suaminya.
[caption id="attachment_311887" align="aligncenter" width="549" caption="Menanti wisudawan"]
Tentu saja tidak semua foto yang diambil diam-diam ditebus semua, yang artinya modal kertas foto dan tinta printer harus direlakan keluar secara sia-sia. Sempat terlihat oleh penulis tumpukan foto yang tak laku dan disobek-sobek oleh fotografer amatir ini dan diparkir menumpuk pada tempat sampah yang ada pada lokasi wisuda.
[caption id="attachment_311881" align="aligncenter" width="583" caption="Foto yang tak laku dirobek dan dibuang ke dalam bak sampah"]
Berbeda dengan foto yang diambil dengan latar belakang backround buku, ada ijab kabul atau transaksi dagang dalam pengambilan foto antara fotografer dengan wisudawan. Sehingga kesan memaksa tidak terlalu kuat muncul dibanding foto-foto yang diambil secara diam-diam dan tanpa persetujuan dari si objek foto.
Bekal kamera tipe prosumer hingga pro yang dibawa keluarga wisudawan tak menyurutkan langkah fotografer amatir ini berkeliling menawarkan jasanya ke setiap keluarga wisudawan. Memoto secara diam-diam atau menawarkan jasa foto bersama keluarga wisudawan.
***
Salam hangat dan sayang untuk kompasianer semua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H