Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengunjungi Solo Gratis, Berkat Menulis

27 Juni 2014   03:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:42 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tempat persinggahan terakhir sebelum moksa-nya Brawijaya V  di atas gunung Lawu keberadaan candi ini seolah mengawang di atas angkasa. Diselimuti kabut yang menutupi seluruh komplek candi seluas 215 X 30 meter persegi, membuat candi yang dikelilingi hutan pinus tersebut tampak eksotik dan memancarkan kesan magis dan sakral bagi yang mengunjunginya.

Candi Cetho, (cetho=jernih tanpa terhalang) merupakan peninggalan terakhir kerajaan Hindu di tanah air. Sejatinya candi ini belum terselesaikan pembangunannya, karena raja Brawijaya V terus dikejar pasukan Raden Patah dari kerajaan Demak. Dari desa Seto Brawijaya melarikan diri ke daerah Sukuh dan mendirikan candi pula di daerah ini dan kini dikenal dengan nama candi sukuh.

[caption id="attachment_330934" align="aligncenter" width="640" caption="Disambut dua arca Candi Cetho (dokpri) "]

1403788538186877592
1403788538186877592
[/caption]

Memasuki gerbang pertama kompasianer disambut sepasang arca penjaga yang dinamakan arca Nyai Gemang Arum. Konon sesungguhnya candi ini memiliki empat belas tingkat undakan namun baru sebagian saja  mengalami pemugaran.

Pada teras kedua penulis mendapat informasi bahwa lokasi ini merupakan tempat petilasan Ki Ageng Krincing Sewu, leluhur dari penduduk desa Seto yang berada di sekitar lokasi candi.

Pada teras ke tiga terdapat susunan batu yang batu yang membentuk kura-kura raksasa yang merupakan lambang Majapahit. Di depan kepala kura-kura tersebut terdapat phallus (alat kelamin laki-laki) sepanjang dua meter, dilengkapi hiasan tindik ( piercing) bertipe ampalang. Kura-kura merupakan simbol penciptaan alam semesta dan kelamin merupakan simbol penciptaan manusia.

[caption id="attachment_330936" align="aligncenter" width="640" caption="Kura-kura raksasa dan Lingga di Candi Cetho. (dokpri)"]

14037888991261319984
14037888991261319984
[/caption]

Pada Teras ke empat terdapat relief cuplikan kisah Sudhamala, yaitu kisah manusia yang berusaha melepaskan diri dari malapetaka.

Pada teras ke lima dan ke enam terdapat pendopo-pendopo yang mengapi jalan masuk candi,  sampai saat ini pendapa ini masih dipergunakanpenduduk untuk melakukan peribadatan agama hindu.

[caption id="attachment_330942" align="aligncenter" width="404" caption="Pendopo-pendopo sebelah kanan dan kiri yang kini tetap dipakai sebagai tempat ibadaat (dokpri)"]

1403789465730104889
1403789465730104889
[/caption]

Pada teras ke tujuh kompasianer disambut dua buah arca yang terlihat sudah tanpa kepala, arca ini bernama Sabdapalong dan Nayagenggong, dua abdi kinasih sekaligus prabu Brawijaya sekaligus penasehat spritual beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun