Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tabungan anak sekolah: antara gengsi dan belajar mengelola keuangan

23 September 2014   02:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:53 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika melihat jumlah tabungan beberapa anak sekolah saat ini yang duduk di sekolah dasar (SD) dengan nominal yang luar biasa menurut ukuran saya, muncul pertanyaan benarkah orang tuanya tersebut mengajari anaknya menabung?.

Karena sejatinya ajaran menabung di sekolah adalah bertujuan untuk mendidik, menanamkan sikap dan kebiasaan hidup hemat dengan cara menyisihkan sendiri dari uang jajan sebisa anak tersebut.

Artinya, biarkanlah anak sendiri yang belajar mengatur dan menentukan berapakah jumlah yang harus ia sisihkan sendiri untuk ditabung. Bukan orangtua yang menentukan dan yang membagi jumlah antara uang jajan dengan uang saku.

Ketika orang tua memisahkan antara tabungan dengan uang jajan, maka konsep menanamkan untuk bersikap hemat dalam hidup si anak sepertinya akan jauh dari harapan. Terlebih dalam jumlah yang besar yang kemudian bisa saja diterjemahkan bahwa sebetulnya tabungan tersebut adalah tabungan orang tuanya, bukan tabungan anak.

Ketika sekolah juga membiarkan kondisi ini berjalan maka yang terjadi adalah konsep mendidik anak dalam mengelola keuangan sejak dini menjadi hilang dan tidak ada artinya. Atau sengaja membiarkan kondisi ini terjadi karena nilai nominal besar dari keuntungan prosentasi bunga bank dari mengumpulkan seluruh tabungan tersebut pada akun bank guru (wali kelas).

Belum lagi dari jumlah tabungan yang rata-rata di atas 10-50 juta (bahkan wawancara penulis dengan salah satu wali murid dari sekolah tersebut menyebutkan pernah ada yang tabungannya mencapai 100juta) guru/sekolah biasanya akan mendapatkan fee atau ucapan terima kasih yang bisa jadi tidak sedikit jumlahnya. Kalau rata-rata satu murid menyetor fee/ucapan terima kasih minimal sejumlah Rp. 100.ooo X30 murid berarti gurunya akan menerima Rp. 3.000.000 dalam satu tahun ajaran.

Gengsi orang tua (wali murid) atau sekolah

Ketika menyebutkan nama Sekolah Dasar Negeri xxxxxxxx pada istri dan beberapa temannya di TK, beragam jawaban didapat dari ibu-ibu tersebut, diantaranya mereka takut untuk masuk ke sekolah tersebut ketika dikaitkan dengan kegiatan menabung di sekolah tersebut yang jumlahnya tidak sedikit, walau dari sisi kualitas sekolah tersebut memang dijagokan.

Saat penulis menanyakan hal ini pada beberapa guru SDN di wilayah penulis hampir semuanya mengetahui kebiasaan menabung di sekolah tersebut yang jumlahnya sangat fantastis dengan mengorbankan nilai menabung secara benar.

Gengsi sekolah tentunya akan sangat baik bila dikaitkan dengan kemampuan sekolah tersebut melahirkan murid-murid yang berprestasi dan kemampuan belajar yang baik. Gengsi orang tua juga tentunya akan sangat baik bila dikaitkan dengan kemampuan dan prestasi anak-anaknya dan bukan dengan berapa jumlah tabungan sang anak.

Bagaimana mengajarkan edukasi finansial (menabung) sejak dini.

Ketika orang tua menabung lewat tabungan anak dengan alasan untuk masa depan pendidikan anak-anaknya tentulah akan sangat baik dilakukan lewat tabungan orang tua sendiri atau lewat lembaga yang mengelola dana pendidikan seperti Sun Life Financial Indonesia lewat produknya: Scholar in Safe, Edu Care, Junior Study Plan, BNI Academy Cash serta produk Rencana Pintar. Lihat di sini.

[caption id="attachment_345250" align="aligncenter" width="438" caption="Salah satu produk asuransi pendidikan Sun Life"][/caption]

Menabung sejak dini dengan cara yang benar adalah salah satu upaya mengasah kecerdasan anak di bidang finansial. Ini tentu saja akan berefek baik pada kemampuan mengelola keuangan di masa besar nantinya.

Banyak orang tua yang takut mengenalkan uang pada anak, karena anak dikhawatirkan akan menjadi konsumtif atau mata duitan. Padahal mengenalkan anak sejak dini pada uang justru mengajak mereka menghargai uang. Selain itu mereka juga sekaligus belajar berhitung dari nominalnya.

Pengenalan uang bisa dilakukan pada saat anak berusia satu sampai tiga tahun. Lalu menanamkan perilaku menabung dengan menggunakan celengan, untuk uang koin dan uang kertas. Baru pada usia enam tahun atau ketika mereka menjejak bangku SD, tahap menabung boleh berlanjut pada pengelolaan uang.

Lain dari pada itu,  mendidik dan melindungi anak menunjukan karakter yang kuat dari bangsa Indonesia yang bermartabat. Kita semua menyadari bahwa pendidikan bagi anak merupakan investasi sosial yang keberlanjutan demi pembangunan bangsa, karena anak adalah pewaris negeri, merekalah yang akan menentukan maju serta mundurnya negeri ini di keesokan hari. Dengan demikian, gagal memberikan pendidikan yang baik terhadap anak akan berujung pada kegagalan suatu negeri dalam mempersiapkan kehidupan masa akan datang yang lebih baik.

Mengenalkan cara menabung dengan baik tentulah orang tua harus juga memahami dengan benar bagaimana menabung secara benar, memahami tujuan menabung dan segala manfaat lebih dari menabung.

Pendidikan finansial sejak dini berkaitan dengan pola asuh yang benar, karena anak adalah peniru yang baik dari orang tuanya. Bagimana anak akan mampu mengelola uang dengan baik bila ibunya hobi belanja misalnya.

[caption id="attachment_345252" align="aligncenter" width="375" caption="Produk asuransi Edu Care (sunlife.co.id)"]

1412091785717013990
1412091785717013990
[/caption]

Kasus menabung pada Sekolah Dasar Negeri  di atas menunjukkan belum dipahaminya pengelolaan finansial yang benar antara guru, orang tua dan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang sejatinya adalah tempat belajar segala hal, termasuk mengelola finansial yang benar.

Maka ketika pengajaran pengelolaan finansial yang baik dan benar dilakukan sejak dini itu dianggap penting, itu artinya sama pentingnya dengan perlunya orang tua memahami, mempelajari serta mempraktekkan pengelolaan finansial yang baik dan benar dari sejak saat ini, detik ini dan hari ini.







HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun