Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bakar, Belenggu yang Menghalangi...!

6 Januari 2015   23:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:41 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakar... belenggu-belenggu kemalasan kita (image:oktahealthcare.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="584" caption="Bukit Thariq (Giblartar), Spanyol saat ini. (image: ahmadmushofihasan.wordpress.com)"][/caption]

Kompasiana, Pandeglang. Saat awan hitam menutupi langit Andalusia (Spanyol), karena dipimpin Raja Roderick keturunan bangsa Visigoth yang terkenal kejam, sering menodai wanita-wanita dan sering berpesta dan berlimang kemewahan dari hasil mencekik pajak yang tinggi dari rakyat Andalusia kala itu,  sebagian besar rakyat yang beragama Kristen dan Yahudi melarikan diri ke Afrika dan mendapat perlindungan dari pemerintahan Islam yaitu Musa bin Nusair.

Salah satu dari jutaan penduduk Andalusia yang melarikan diri tersebut terdapatlah Julian, gubernur wilayah Ceutia yang putrinya Florinda telah dinoda raja Roderick tersebut. Julian memohon agar Andalusia dibebaskan dari penderitaan akibat kekejaman Roderick.

Maka diutuslah panglima perang bernama Thariq bin Jiyad untuk membebaskan Andalusia dari kekejaman bangsa Visigoth tersebut. Tepat hari Senin, 3 Mei 711 Masehi mendaratlah Thariq beserta armada perangnya beserta 700 pasukan di Negeri Al-Andalus (Andalusia).

[caption id="" align="aligncenter" width="604" caption="Bakar... belenggu-belenggu kemalasan kita (image:oktahealthcare.blogspot.com)"]

Bakar... belenggu-belenggu kemalasan kita (image:oktahealthcare.blogspot.com)
Bakar... belenggu-belenggu kemalasan kita (image:oktahealthcare.blogspot.com)
[/caption]

Mendengar berita bahwa pasukan raja Roderick memiliki tentara sebanyak 10.000 (sepuluh ribu) personil dan terkenal berani dan kejam, maka Tharik bin Jiyad memerintahkan pasukannya untuk membakkar seluruh armada kapal lautnya. Sebuah strategi perang yang tidak lazim, kemudian panglima yang gagah perkasa tersebut berdiri di atas sebuah bukit karang yang kini disebut Giblatar (Jabal Tharik=bukit Thariq) dan berpidato di depan pasukannya:

"Ke manakah kalian dapat melarikan diri sementara musuh berada di depan dan lautan berada di belakang kalian? Demi Allah! Tak ada keselamatan bagi kalian kecuali dalam keberanian dan keteguhan hati kalian. Pertimbangkanlah situasi kalian: kalian berdiri di atas pulau ini bagaikan begitu banyak anak-anak yatim terlontar ke dunia; kalian akan segera bertemu dengan musuh yang kuat mengepung kalian dari segala penjuru bagaikan gelombang kemarahan samudera yang bergejolak, dan mengirimkan prajurit-prajurit yang tak terhitung banyaknya pada kalian, bala tentara baju besi dan dilengkapi dengan segala senjata yang pernah ada.

Apa yang dapat kalian gunakan untuk melawan mereka?

Kalian tak memiliki senjata lain kecuali pedang, tak punya perlengkapan lain kecuali yang telah kalian rampas dari musuh kalian. Oleh karena itu, kalian harus menyerang mereka dengan segera atau jika tidak, maka hasrat kalian untuk menyerah akan tumbuh, angin kemenangan takkan lagi berhembus di pihak kalian, dan barangkali rasa gentar yang bersembunyi di hati musuh-musuh kalian akan berganti menjadi keberanian yang sukar dikekang!

Buanglah segala ketakutan dari hati kalian, percayalah kemenangan akan menjadi milik kita dan percayalah bahwa raja kafir itu tak akan mampu bertahan menghadapi serangkan kita. Ia telah datang untuk menjadikan kita tuan dari kota-kota dan kastil-kastil yang dikuasainya, serta menyerahkan pada kita harta karunnya yang tak terhitung banyaknya. Dan jika kalian menangkap peluang yang kini tersedia, maka itu bisa menjadi cara bagi kalian untuk memiliki semua itu, di samping akan menyelamatkan diri kalian dari kematian yang tak terelakkan.

Janganlah berpikir bahwa aku membebankan tugas kepada kalian sementara aku sendiri akan lari menghindar, atau aku menutup-nutupi bahaya yang ada dalam mengemban ekspedisi ini. Tidak! Kalian memang akan menghadapi datangnya masalah besar, tetapi juga kalian mengetahui bahwa kalian hanya akan menderita sebentar saja. Di akhir pertempuran ini kalian akan memungkuti panenan kebahagiaan dan kesenangan yang melimpah-limpah. Dan jangan bayangkan bahwa sementara aku berkata ini pada kalian, aku berniat untuk tidak melakukannya, sebab hasratku dalam pertempuran ini jauh melebihi hasrat kalian. Apa yang akan aku lakukan melebihi apa yang akan kalian lakukan. Kalian pastilah telah mendengar keunggulan yang melimpah ruah dari pulau ini, kalian pastilah telah mendengar bagaimana para perawan Yunani, sama rupawannya dengan bidadari, leher mereka berkilau dengan mutiara dan permata tak terbilang banyaknya, tubuh mereka mengenakan tunik terbuat dari sutera-sutera mahal bertabur emas, mereka menunggu kedatangan kalian. Mereka bersandar di atas dipan-dipan empuk di dalam istana-istana mewah para bangsawan dan pangeran bermahkota.

Kalian mengetahui benar bahwa Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik telah memilih kalian seperti begitu banyak pahlawan lain dari kalangan para pemberani. Kalian tahu bahwa bangsawan-bangsawan besar tanah ini memiliki hasrat besar untuk menjadikan kalian anak mereka dan mengikat kalian dengan pernikahan, hanya jika kalian menyambut peperangan sebagaimana layaknya orang-orang berani dan pejuang sejati, serta menjadi ksatria yang berani.Kalian mengetahui bahwa rahmat Allah menantikan kalian jika kalian bersiap untuk menegakkan kalimat-Nya dan memproklamirkan dien-Nya di tanah ini.

Setelah mendengar pidato panglimanya tersebut, terbakarlah semangat pasukan Islam dan berhasil mengalahkan pasukan Roderick yang berjumlah 10.000 (sepuluh ribu) dalam perang yang dikenal dengan nama pertempuran Guadalate.

Kisah pembakaran kapal tersebut muncul dan mengilhami Herman Cortez pada abad 16, saat mencoba memasuki Meksiko dalam peperangan melawan musuhnya demi menguasai wilayah pertambangan yang banyak mengandung metal yang berharga.

Saat pasukannya mengalami de-motivasi karena mendengar musuhnya memiliki banyak tentara dan terkenal kuat, maka dibakarlah seluruh armadanya agar pasukannya tak melarikan diri dan berani menghadapi musuh-musuhnya.

1420535157357128662
1420535157357128662
Bukit Giblrltar saat ini (image: 4.bp.blogspot.com)

Bakarlah... Belenggu yang menghalangi.

Membakar kapal seperti yang dilakukan panglima Thariq bin Jiyad dan Herman Cortez tentulah memiliki makna yang mendalam bagi kita dalam kontek kekinian.

  • Bila kita ingin memenangkan persaingan dalam kehidupan, jangan pernah terbelenggu, berfikir dan merencanakan "Lari dari Gelanggang". Seberat apapun problema, persaingan dan tantangan harus berani dihadapi. Bukankan ada pepatah mengatakan " Pelaut Ulung tak kan dilahirkan di laut yang tenang".
  • Jangan pernah tenang dan senang untuk terus berada pada zona nyaman (comfort zone), berjuanglah terus menghadapi tantangan demi tantangan yang kelak akan melatih kita untuk kuat dan survive menghadapi kerasnya kehidupan ini. Bisa jadi, andai armada kapal tersebut tak dibakar olehpanglima Thariq, maka sebagian pasukannya akan berfikir "Bila kita terdesak, tinggal lari dan menyelamatkan diri dengan armada kapal dan kembali pulang".  Melarikan diri dari cobaan dan tantangan kehidupan.
  • Bakarlah semua belenggu-belenggu yang menghalangi kemajuan dan kesuksesan kita.

Marilah kita semua segera membakar belenggu-belenggu kemalasan yang akan menghambat kemajuan kita, mereka yang penulis teruslah menulis dan jangan pernah mati semangat untuk terus belajar dengan cara menulis, menulis, menulis dan menulis.

Mereka yang wartawan, teruslah mencari kebenaran lewat berita-berita yang kalian sampaikan untuk masyarakat. Mereka yang guru, jangan pernah puas dan terus belajar untuk mendidik bangsa ini.

Jangan pernah puas, bakaaaar.....semua belenggu-belenggu itu..

Referensi:

www.id.wikipedia.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun