Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Angpau Nikah, Milik Siapa?

15 Januari 2015   17:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:05 6651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Kotak uang (dunianyasiayu.wordpress.com)"][/caption]

Pada pernikahan zaman dulu masyarakat lazim memberi hadiah pernikahan kepada kedua mempelai berupa barang-barang kebutuhan rumah tangga mulai dari : piring, gelas, kompor hingga seprey dan sebagainya. Barulah di era 90an kebiasaan ini mulai bergeser dari memberi kado berupa peralatan rumah tangga kepada kebiasaan memberi amplop/ang pau kepada  kedua mempelai.

Kebiasaan ini memang lazim dan lebih dahulu dimulai oleh kalangan etnis Tionghoa yang secara bertahap diikuti oleh masyarakat lain karena bukan saja dinilai praktis namun juga dianggap bahwa kedua mempelai lah yang lebih tahu apa yang lebih dibutuhkannya untuk bekal rumah tangga dibanding orang lain. Maka pemberian amplop yang berisi uang menjadi pilihan masyarakat sekarang saat memberi hadiah pernikahan kepada kedua mempelai.

Namun pada sisi lain kebiasaan pemberian amplop berupa uang/ang pau pada sebagian masyarakat kemudian menjadi sebuah dilematis, milik siapakah amplop tersebut setelai usai pernikahan?. Pengantinkah, orang tua mempelai lelaki-kah atau orang tua mempelai pria.

Persoalan amplop pernikahan pada beberapa kasus seringkali menimbulkan silang sengketa antara dua pihak orang tua pengantin pria dan wanita yang sejatinya baru saja menyambungkan hubungan kekeluargaan malah berujung pada perpecahan.

Pihak orang tua pengantin pria merasa berhak atas sejumlah amplop, karena merasa dialah yang paling besar membiayai pernikahan, sementara pihak perempuan juga merasa berhak karena dialah yang paling direpotkan dari adanya pernikahan kedua mempelai. (adat kita biasanya pernikahan (pesta) dilakukan di rumah mempelai wanita)

Akibat munculnya persoalan yang berkaitan dengan amplop pernikahan tersebut, tentu saja yang paling dirugikan adalah kedua mempelai pria dan wanita yang pasting bingung menyikapi persoalan perselisihan tersebut. Alih-alih mereka (kedua mempelai) mau bersuka ria menyambut honeymoon malah harus terganggu dengan perselisihan kedua orang tua mereka.

Mengapa ini harus terjadi?

Banyak faktor yang menyebabkan hal sepele namu tidak sepele ini terjadi:

  • Tidak adanya kesepahaman antara kedua belah pihak, terlebih pada kebiasaan yang berbeda antara kedua orang tua mempelai sesuai dengan adat kebiasaan masing-masing.
  • Tidak adanya aturan/kebiasaan baku yang berkembang di masyarakat atas masalah amplop/ang pau pernikahan
  • Uang sering membutakan dan sikap seseorang

Bagaimana sebaiknya dilakukan?

Tentu saja persoalan ini harus dikembalikan kepada akar persoalan yang sebenarnya. Pemberian amplop/ang pau adalah pengganti dari kebiasaan memberi hadiah barang (bekal rumah tangga) bagi kedua mempelai sebagai bekal hidup kedua mempelai kelak.

Maka ketika persoalan pemberian hadiah berupa amplop uang menjadi kebiasaan saat ini, tentu saja ini adalah hadiah pernikahan dari undangan untuk kedua mempelai, dan bukan untuk orang tuanya masing-masing.

Ini yang coba dilakukan penulis saat bertemu dengan calon besan ketika bermusyawarah menghadapi pernikahan kedua anak kami. Tanpa ragu dan tanpa malu-malu penulis membicarakan ini secara blak-blakan dengan harapan agar ada kesepahaman mengenai hal yang seolah sepele namun bisa jadi tidak sepele bahkan bisa jadi bumerang di kemudian hari.

Karena keterusterangan penulis dengan calon besan, yang terjadi adalah penulis mendapatkan acungan jempol besan karena berani membicarakan ini tanpa malu atau gengsi sehingga kami berdua mendapatkan kesepahaman yang sama bahwa itu mutlak dan disepakati milik anak kami berdua.

Kami berdua akhirnya menemukan kesepakatan yang sama bahwa kebahagiaan anak kami ke depan adalah yang utama dibandingkan harus meributkan persoalan yang sepele semisal amplop nikah yang menjadi judul tulisan ini.

Kami juga sepakat untuk membentengi kesepakatan ini dari pihak luar yang kadang suka memperkeruh atau merubah konsep yang telah disepakati dengan manis oleh kami, antar calon besan yang dua-duanya baru kali ini akan menikahkah anak-anaknya.

Semoga Allah SWT memudahkan ibadah kami berdua lewat pernikahan anak-anak kami.

Salam bahagia

Kandidat kakek

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun