Maka ketika persoalan pemberian hadiah berupa amplop uang menjadi kebiasaan saat ini, tentu saja ini adalah hadiah pernikahan dari undangan untuk kedua mempelai, dan bukan untuk orang tuanya masing-masing.
Ini yang coba dilakukan penulis saat bertemu dengan calon besan ketika bermusyawarah menghadapi pernikahan kedua anak kami. Tanpa ragu dan tanpa malu-malu penulis membicarakan ini secara blak-blakan dengan harapan agar ada kesepahaman mengenai hal yang seolah sepele namun bisa jadi tidak sepele bahkan bisa jadi bumerang di kemudian hari.
Karena keterusterangan penulis dengan calon besan, yang terjadi adalah penulis mendapatkan acungan jempol besan karena berani membicarakan ini tanpa malu atau gengsi sehingga kami berdua mendapatkan kesepahaman yang sama bahwa itu mutlak dan disepakati milik anak kami berdua.
Kami berdua akhirnya menemukan kesepakatan yang sama bahwa kebahagiaan anak kami ke depan adalah yang utama dibandingkan harus meributkan persoalan yang sepele semisal amplop nikah yang menjadi judul tulisan ini.
Kami juga sepakat untuk membentengi kesepakatan ini dari pihak luar yang kadang suka memperkeruh atau merubah konsep yang telah disepakati dengan manis oleh kami, antar calon besan yang dua-duanya baru kali ini akan menikahkah anak-anaknya.
Semoga Allah SWT memudahkan ibadah kami berdua lewat pernikahan anak-anak kami.
Salam bahagia
Kandidat kakek
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H