Risiko seperti pencurian identitas, eksploitasi digital, hingga gangguan psikologis di masa depan perlu dipertimbangkan sebelum membagikan informasi pribadi anak.
Cara menerapkan strategi berbagi yang lebih aman, mengedukasi anak tentang privasi digital, serta menghormati hak mereka, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih bijak dan aman bagi generasi mendatang.
Bibliografi
- Brosch, A. (2016) ‘When the child is born into the internet: Sharenting as a growing trend among parents on Facebook’, The New Educational Review, 43(1), pp. 225-235.
- Choi, G.Y. & Lewallen, J. (2018) ‘"Say Instagram, Kids!": Examining sharenting and children’s digital representations on Instagram’, Howard Journal of Communications, 29(2), pp. 144-164.
- Kumar, P. & Schoenebeck, S.Y. (2015) ‘The modern-day baby book: Enacting good mothering and stewarding privacy on Facebook’, Proceedings of the ACM Conference on Computer-Supported Cooperative Work & Social Computing, pp. 1302-1312.
- Ouvrein, G. & Verswijvel, K. (2019) ‘Sharenting: Parental adoration or public humiliation? Exploring adolescents’ experiences with sharenting’, Children and Youth Services Review, 99, pp. 319-327.
- Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (2020) Pedoman aman bermedia digital untuk orang tua dan anak.
That's all from me today. See you in the next article!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI