Mohon tunggu...
wiezkf
wiezkf Mohon Tunggu... Human Resources - Open Observer

Pengamat bebas dengan imajinasi liar, penulis lepas yang tangannya sering nyasar ke keyboard, data analyst yang suka ngulik angka sampai mau minta cuti, dan reviewer jurnal bereputasi yang hobi debat sama teori!. Cukup dengan laptop, kopi, dan rasa ingin tahu, analisis data serta ulasan jurnal jadi petualangan epik penuh plot twist, di mana statistik sering menyerah bilang, “Skip, aku nyerah!” 😂☕

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menyalami Sifat Gencatan Senjata Palestina - Israel

21 Januari 2025   14:26 Diperbarui: 21 Januari 2025   14:26 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Palestine Flag (Pexels/eyma D)

Gencatan senjata antara Hamas-Palestina dan Israel yang baru-baru ini tercapai memunculkan berbagai pandangan dari para pakar politik dan hubungan internasional. Meskipun diharapkan dapat meredakan ketegangan, gencatan senjata ini sering dipandang sebagai langkah sementara yang tidak mengatasi akar masalah konflik. Proses ini membuka ruang bagi diskusi mengenai dampaknya, potensi konflik baru, dan jaminan hak-hak rakyat Palestina dalam hukum internasional. ~&wiezkf'

Perspektif Analisis: Hukum Internasional dan Politik

Dalam sepekan terakhir ini, gencatan senjata antara Hamas - Palestina dan Israel telah disepakati sebagai hasil dari upaya diplomatik internasional untuk meredakan ketegangan yang telah berlangsung lama. Menurut banyak pakar politik dan hubungan internasional, gencatan senjata ini bisa dilihat sebagai langkah sementara untuk menghindari eskalasi lebih lanjut (Gros, 2021). Gencatan senjata semacam ini biasanya terjadi ketika kedua belah pihak merasa tertekan oleh dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dari konflik, atau ada tekanan eksternal dari komunitas internasional. Namun, sifat gencatan senjata ini sering kali sementara dan dapat berisiko runtuh bila salah satu pihak melanggar kesepakatan atau jika kondisi di lapangan tidak mendukung perdamaian yang berkelanjutan.

Menurut para pakar politik dan hubungan internasional, sifat gencatan senjata yang terjadi antara Hamas dan Israel dapat dipandang sebagai langkah sementara yang bersifat fragil dan tidak pasti. Gencatan senjata ini sering kali dianggap sebagai suatu bentuk "penangguhan kekerasan" yang bertujuan untuk memberikan ruang bagi proses diplomatik dan bantuan kemanusiaan, namun tidak mengatasi akar masalah dalam konflik yang lebih besar (Gros, 2021).

Gencatan senjata ini sering kali dipengaruhi oleh tekanan internasional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan memberikan ruang untuk bantuan kemanusiaan (Gros, 2021). Namun, hal ini tidak menyelesaikan akar masalah dalam konflik, seperti status Yerusalem dan pengungsi Palestina (Khashan, 2020). Sifatnya yang fragil dan bersifat pragmatis menunjukkan bahwa gencatan senjata hanya memberikan ketenangan sementara tanpa perubahan signifikan dalam dinamika kekuasaan. Oleh karena itu, gencatan senjata ini lebih berfungsi sebagai penundaan ketegangan, bukan sebagai solusi jangka panjang (Bassiouni, 2019).

Banyak analis menilai gencatan senjata ini sebagai hasil dari tekanan internasional, baik dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa, maupun organisasi internasional seperti PBB, yang berusaha menghindari eskalasi lebih lanjut yang dapat memicu kerugian yang lebih besar, baik dari segi korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur (Khashan, 2020). Namun, sifat sementara ini berarti gencatan senjata tidak menjamin perdamaian jangka panjang atau penyelesaian politik yang lebih komprehensif.

Lebih lanjut, pakar hubungan internasional juga menunjukkan bahwa gencatan senjata semacam ini biasanya dipicu oleh faktor eksternal, seperti tekanan diplomatik atau ketegangan domestik yang mempengaruhi stabilitas politik masing-masing pihak. Hal ini menunjukkan bahwa gencatan senjata cenderung lebih bersifat pragmatis daripada idealistis, dengan tujuan utama untuk meredakan ketegangan sejenak tanpa adanya perubahan signifikan dalam dinamika kekuasaan yang mendasari konflik (Bassiouni, 2019).

Dampak Gencatan Senjata

Dampak dari gencatan senjata ini cukup kompleks dan bervariasi. Di satu sisi, penghentian kekerasan memberikan waktu bagi masyarakat sipil untuk merespons pemulihan serta memberi ruang bagi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan. Misalnya, organisasi internasional seperti PBB dan ICRC (International Committee of the Red Cross) dapat mengakses wilayah yang terdampak perang untuk memberikan bantuan medis dan kemanusiaan (UNHCR, 2023). Di sisi lain, gencatan senjata tidak menyelesaikan akar masalah yang ada dalam konflik tersebut, seperti status Yerusalem, status pengungsi Palestina, dan kontrol atas wilayah-wilayah yang diperebutkan. Hal ini menyebabkan gencatan senjata lebih bersifat penangguhan ketimbang solusi jangka panjang (Khashan, 2020).

Children Protester (Pexels/Hurrah suhail)
Children Protester (Pexels/Hurrah suhail)

Gencatan senjata semacam ini sering kali bersifat rapuh, karena tanpa adanya kesepakatan menyeluruh yang mengarah pada penyelesaian permanen, ketegangan yang ada hanya akan "didiami" sementara waktu, dan dengan mudah bisa pecah lagi jika salah satu pihak merasa dirugikan atau jika ada pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat. Dengan kata lain, sifat gencatan senjata ini lebih seperti 'penundaan' daripada sebuah resolusi.

Potensi Munculnya Konflik Baru

Meskipun gencatan senjata memberikan harapan untuk periode ketenangan, potensi munculnya konflik baru tetap ada. Beberapa pakar mengingatkan bahwa gencatan senjata yang tidak didukung oleh penyelesaian isu-isu fundamental dalam konflik ini dapat memperburuk ketegangan di masa depan (Bassiouni, 2019). Selain itu, faktor internal di kedua pihak, baik Hamas maupun Israel, dapat menjadi pemicu konflik lebih lanjut jika ada segmen yang menentang atau tidak puas dengan gencatan senjata. Rasa frustrasi atas ketidakadilan yang dirasakan oleh rakyat Palestina juga dapat meningkatkan radikalisasi dan mendorong kekerasan baru, meskipun secara teknis tidak ada tembakan yang dilepaskan selama gencatan senjata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun