Namun, era ini juga menghadirkan tantangan besar, baik etis maupun sosial. Kemampuan komputer kuantum memecahkan algoritma kriptografi konvensional, seperti RSA (Rivest-Shamir-Adleman) merupakan algoritma kriptografi yang paling umum digunakan untuk mengamankan data dalam komunikasi digital. RSA menggunakan prinsip matematika bilangan prima untuk mengenkripsi dan mendekripsi pesan, tentu hal semacam ini akan dapat mengancam keamanan data global (Shor, 1994). Selain itu, akses terbatas pada teknologi ini berpotensi memperburuk kesenjangan antara negara maju dan berkembang. Oleh karena itu, pengembangan teknologi kuantum harus diimbangi penelitian dalam keamanan kuantum, seperti algoritma kriptografi pasca-kuantum, serta kebijakan etis yang memastikan penggunaannya secara adil (Bennett & Brassard, 1984).
Dampak Skeptisisme Einstein terhadap Masa Depan Manusia
Skeptisisme Einstein terhadap mekanika kuantum, meskipun tampak sebagai hambatan pada masanya, justru memicu eksplorasi mendalam yang memperkuat fondasi teori ini. Penemuan "entanglement" kuantum, yang awalnya dikritik oleh Einstein, kini menjadi tulang punggung teknologi kuantum modern (Aspect et al., 1982). Ini menunjukkan bahwa pertanyaan kritis, meskipun mungkin menantang paradigma yang ada, dapat memacu inovasi yang membawa dampak monumental bagi peradaban manusia.
Penafsiran akhir
Perjalanan dari teori Einstein ke teknologi komputer kuantum adalah contoh luar biasa tentang bagaimana ide-ide yang tampaknya bertentangan dapat saling melengkapi untuk mendorong batas pengetahuan manusia. Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan komputer kuantum tidak hanya bersifat teknis tetapi juga filosofis dan etis. Dengan memahami sejarah dan konteksnya, kita dapat lebih siap untuk menghadapi dampak teknologi kuantum dalam membentuk masa depan manusia.
Bibliografi
- Arute, F., et al. (2019). Quantum supremacy using a programmable superconducting processor. Nature, 574, 505--510.
- Aspect, A., Dalibard, J., & Roger, G. (1982). Experimental test of Bell's inequalities using time-varying analyzers. Physical Review Letters, 49(25), 1804--1807.
- Bell, J. S. (1964). On the Einstein Podolsky Rosen Paradox. Physics Physique , 1(3), 195--200.
- Deutsch, D. (1985). Quantum theory, the Church-Turing principle and the universal quantum computer. Proceedings of the Royal Society of London. Series A, Mathematical and Physical Sciences, 400(1818), 97--117.
- Einstein, A. (1916). The Foundation of the General Theory of Relativity. Annalen der Physik, 354(7), 769--822.
- Einstein, A., Podolsky, B., & Rosen, N. (1935). Can quantum-mechanical description of physical reality be considered complete? Physical Review, 47(10), 777--780.
- Feynman, R. P. (1982). Simulating physics with computers. International Journal of Theoretical Physics, 21(6), 467--488.
- Montanaro, A. (2016). Quantum algorithms: An overview. NPJ Quantum Information, 2(1), 1--8.
- Nielsen, M. A., & Chuang, I. L. (2010). Quantum Computation and Quantum Information: 10th Anniversary Edition. Cambridge University Press.
- Planck, M. (1900). On the Theory of the Energy Distribution Law of the Normal Spectrum. Verhandlungen der Deutschen Physikalischen Gesellschaft, 2, 237--245.
- Preskill, J. (2018). Quantum Computing in the NISQ era and beyond. Quantum, 2, 79.
- Shor, P. W. (1994). Algorithms for quantum computation: Discrete logarithms and factoring. Proceedings of the 35th Annual Symposium on Foundations of Computer Science, 124--134.
- Shor, P. W. (1995). Scheme for reducing decoherence in quantum computer memory. Physical Review A, 52(4), R2493.
That's all from me today. See you in the next article!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H