Sempat dua kali berziarah di komplek itu. Zakaria, penjaga makam Syekh Abdurrauf As Singkili ini menjelaskan tentang blok Kuala dan Singkil.
Tahun lalu sempat Shalat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, tapi tahun ini kami Magrib dan Isya hari Kamis itu di masjid tersebut.
Karena Jumat, sebagian jemaah memilih ikut ke nol kilometer Indonesia yang terletak di Pulau Sabang.Â
Syiah Kuala terkenal dengan ulama hebat, meninggalkan banyak karya dan jejak yang amat luar biasa. Ada puluhan kitab karyanya yang sebagian sudah diterjemahkan oleh sarjana.
Yang paling monumental, adalah tarekat Syattariyah. Kajian ini berkembang di Padang Pariaman, setelah dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin Ulakan yang berguru langsung dengan Syiah Kuala.
Makam Syiah Kuala sepertinya tak pernah sepi dari pengunjung. Hampir tiap hari ada saja jemaah dan masyarakat secara perorangan yang datang ziarah ke sana.
Melepaskan nazar, menjalankan wirid rutin, dan bahkan hari itu kami bertemu dengan musafir dari Jawa. Pasangan suami istri yang sejak 2016 melakukan perjalanan musafir dengan bersepeda dayung.
Dua pula sepedanya. Banyak kucing yang diangkutnya. "Ini kucing yang dicampakkan orang. Kami senang dan suka kucing," katanya.
Kucingnya dikasih kalung, tentunya sebagai penanda agar jangan keteter nantinya. Stok makanan kucing selalu tersedia.
Rencana tahun depanÂ
Nursyamsu berencana musim ziarah tahun depan, pihaknya menyediakan kambing untuk makan bersama di Kuala.