Di kemudian hari, ada sejumlah murid Syekh Muda Wali yang datang ke Toboh Mandailing, mencari yang namanya makam Tuanku Sidi Talue.
Tuanku Sidi Talue dianggap unik. Namanya ganjil kedengarannya, dan sebagian murid Syekh Muda Wali pun menerima riwayat gurunya yang pernah singgah dan memutuskan kajinya di Toboh Mandailing ini.
Jejak Tongkat Tuanku BagindoÂ
Adalah kisah panjang hadirnya Irigasi Ujuang Gunuang. Sebuah irigasi yang mengaliri sawah masyarakat Balah Aie. Mula dirintis irigasi ini di hulunya Ujuang Gunuang, Sungai Sariak itu tongkat Tuanku Bagindo yang dipancangkan, lalu diirit ke hilir dengan lantunan shalawat nabi.
"Kapalo Banda Tuanku Bagindo. Itu namanya diberikan masyarakat. Sekian kilometer berjalan bersama dibawah komando Tuanku Bagindo sambil bershalawat, dan jejak garis tongkat itulah yang digali pula bersama, untuk menghadirkan air sebagai sumber kehidupan masyarakat Balah Aie," kata Jonifriadi.
Zaman Tuanku Bagindo itu, tak ada surau dan masjid yang terbengkalai. Masyarakat merasa kewalahan menyelesaikan pembangunan surau, orang mengadu ke Tuanku Bagindo.
Pun pembangunan laga-laga, Tuanku Bagindo bagaikan solusi untuk menuntaskan bangunannya. "Beliau tidak sekedar alim di banyak kajian, tapi juga peduli dengan dunia kearifan lokal, sehingga di hampir seluruh korong di Balah Aie ada laga-laga," ujarnya.
Laga-laga tempat belajar silek, indang, hulu ambek, termasuk bersilat lidah, mahir beradu kata, laga-laga tempatnya.Â
Madrasatul 'Ulum Menambah Kekuatan Lubuak Pua sebagai Ampu Syarak Balah AieÂ
Kehadiran Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua sejak 1991, diharapkan menjadi penjaga dan merawat tradisi ulama dulu, di samping mengembangkan kajian rutinnya dalam membangun santri dan santriwati.
Setidaknya, pesantren ini tegak lurus dengan trah yang dibangun oleh Tuanku Bagindo dulunya. Trah dimana para ulama bagaikan api dan labai sebagai suluahnya.