Puji dan syukur kita persembahkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa. Berkat rahmat dan karuniaNya, buku berjudul "Pituah Duski Samad untuk Ummat" ini hadir ke tangan pembaca.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada pimpinan ummat, Nabi Muhammad Saw, yang telah meninggalkan dua pusaka: Quran dan hadits sebagai pedoman dalam hidup dan kehidupan kita.
Buku ini adalah kumpulan tulisan Prof. Duski Samad Tuanku Mudo di portal sigi24.com. Sejak akhir 2023 hingga akhir 2024 ini, tersaji 105 judul tulisan guru besar UIN Imam Bonjol Padang ini.
Tulisan itu menarik untuk dijadikan buku. Ketua FKUB Sumatera Barat ini banyak memberikan ulasan tentang situasi yang sedang terjadi. Mulai dari masalah sosial, budaya, politik dan fenomena Genzi yang lagi trend hari ini.
Pendidikan, kesehatan hingga kearifan lokal pun jadi sorotan tersendiri oleh Duski Samad. Apalagi pendidikan khas surau yang berlabel pondok pesantren, menjadi ulasan menarik dalam buku ini.
Bagi Duski Samad, sepertinya tiada hari tanpa menulis. Hampir tulisan ini hadir tiap hari di laman portal ini. Dan setiap tulisan itu hadir, pembaca pun bejibun banyaknya.
Dalam hitungan menit tulisan itu hadir, sudah bisa melampaui ruang dan waktu. Secara otomatis sigi24.com pun menempatkan artikel itu sebagai yang paling populer.
Dengan berbagai ulasan dan edukasi yang mengalir dalam setiap judul tulisan Wakil Ketua Umum DPP Perti ini, kami pun memberikan judul bukunya "Pituah Duski Samad untuk Ummat".
Duski Samad telah menyelaraskan dakwah secara lisan dan tulisan. Bagi para ulama dan tuanku serta orang siak, alumni Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Batang Kabung Padang ini, adalah guru tuo yang selalu memberikan hikmah dan ulasan yang objektif dalam setiap tulisannya.
Ketika dia hadir di kegiatan FKUB di ujung Nusantara sana, tulisan Duski Samad hadir dengan bahasa yang merangkul. Hadirnya tulisan dengan berbagai judul, tak lain karena peran ulama kelahiran Sikabu Lubuk Alung 18 Juli 1960 ini juga beragam di tengah masyarakat Sumatera Barat.
Beliau dosen hingga sekarang jadi guru besar. Ulama dan pendakwah Indonesia hingga diamanahi sebagai Ketua MUI Kota Padang.
Makanya, di ujung tulisan selalu disematkan perannya sebagai apa, terhadap tulisan tersebut. Ada dibuat sebagai Ketua FKUB Sumatera Barat, guru besar UIN Imam Bonjol, Wakil Ketua Umum DPP Perti, dan lain sebagainya.
Membaca dan mengumpulkan tulisan Duski Samad ini, kami teringat Gus Dur, sang guru bangsa yang sering dan senantiasa menulis dari setiap gerak langkah yang dilakukannya.
Teringat akan mendiang Buya Syafi'i Ma'arif, Buya Hamka, Natsir, Prof. Azyumardi Azra dan tokoh lainnya yang gemar menulis dan membaca.Â
"Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah," tulis Pramoedya Ananta Toer, penulis hebat yang pernah dipunyai negeri ini.
"Menulislah dengan wawasan dan hati, agar bisa mencerdaskan dan sampai ke hati-hati yang lainnya," tulis Helvy Tiana Rosa, sastrawan Indonesia.
Berpijak dari komentar kedua tokoh ini, Duski Samad telah dan sedang melakukannya. Baginya, tak ada yang tidak ditanggapi dengan bijak dan santun lewat tulisan.
Meskipun dia seorang ulama dan tuanku, perilaku yang terjadi di kalangan tuanku pun harus disoroti dengan pencerahan, agar tidak kebablasan.
Betapa Duski Samad menyigi apa yang dilakukan para tuanku dan orang siak ketika berada di masa Pilkada yang baru saja selesai 27 November 2024 lalu.
Edukasi yang mencerahkan. Politik, termasuk hiruk pikuk Pilkada adalah hak semua warga, tak terkecuali seorang tuanku. Hanya saja cara dan permainan politik tuanku ini, terjebak pada "dipolitisasi". Nah, lewat sebuah tulisan, Duski Samad memberikan alternatif yang mantap.
Politik keumatan dan politik kemasyarakatan. Artinya, Duski Samad sedang mengajak para tuanku untuk kembali pada khitahnya, memberikan yang terbaik pada masyarakat dan ummat lewat momen Pilkada.
Tak heran, Duski Samad dijuluki sebagai tokoh moderasi beragama. Pandangan dan pemikirannya yang moderat, mampu merangkul kaum radikalis dan kaum liberalis.
Gesekan dan luka-luka politik yang terjadi selama Pilkada, sangat penting ditautkan kembali. Yang merasa menang jangan jumawa, karena kemenangan dalam sebuah pertandingan adalah keinginan. Sementara, yang kalah tak perlu berkecil hati dan kecewa. Sebab, kalah dan menang adalah adat sebuah pertandingan.
Peran penting ulama tentu amat ditunggu dalam hal ini. Ulama harus hadir untuk menyelamatkan masyarakat. Menyelamatkan masyarakat dari memelihara tingkah laku yang tidak elok selama pesta demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H